Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kerja Keras Bebas Cemas, BPJS Ketenagakerjaan Bikin Pelaku UMKM Brownies Telo Bisa Senyum Manis

House of telo ini memproduksi aneka kue olahan berbahan baku singkong dan ketela. Produk utamanya Brownies Telo n'Dukun yang dari singkong.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Kerja Keras Bebas Cemas, BPJS Ketenagakerjaan Bikin Pelaku UMKM Brownies Telo Bisa Senyum Manis
Tribunnews.com/Arif Tio
Theresia Dwi Utami pemilik brand Brownies Telo n'Dukun saat ditemui Tribunnews.com di 'House of telo' yang berlokasi di Grogol Rt 03/04, Mangunsoko, Dukun, Magelang, 15 km sebelah barat daya dari puncak Gunung Merapi. 

"Nah dari situ kepikiran singkong ini harus bisa diubah jadi sesuatu yang istimewa, dan akhirnya terpilihlah brownies ini yang jadi produk utama serta aneka kue lainnya," terang Dwi.

Perempuan dua anak ini menggeluti usahanya sejak 2019 silam, setelah memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta.

“Karena ingin fokus mengurus anak, saya akhirnya memutuskan untuk resign pekerjaan di tahun 2018,” ujar Dwi.

Bersama sang suami yang juga asli dari Magelang, ia pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya.

Dari situ, muncul keinginannya untuk berwirausaha. Dwi pun mulai mengamati secara jeli peluang usaha yang bisa dilakoninya hingga dipilihlah olahan dari singkong dan ketela sebagai jalannya berbisnis.

Berbagai varian produk buatan House of Telo yang dipimpin Theresia Dwi Utami.
Berbagai varian produk buatan House of Telo yang dipimpin Theresia Dwi Utami. (Tribunnews.com/Arif Tio Buqi)

Tak Menyerah hingga Dapat Omzet Puluhan Juta

Usaha yang dijalankan Dwi tak langsung mulus dan berhasil begitu saja. Tidak sedikit yang meragukan citarasa Brownies singkong buatannya.

BERITA REKOMENDASI

Namun demikian, ia tetap gigih. Setiap masukan ia terima dengan tangan terbuka. Akhirnya, setelah melakukan berbagai riset selama kurang lebih tiga bulan, ia menemukan resep yang pas.

Setelah berjalan enam bulan, Browniesnya mulai banyak diminati. Bahkan, produksinya sudah bisa mencapai 1400 box brownies dalam sebulan.

Sayangnya, setelah itu dunia dilanda pandemi. Saat pandemi, produksinya jauh menurun, namun usahnya masih bisa bertahan meski dengan pemesanan yang minim.

Saat dunia memasuki New Normal, Dwi mulai melakukan rebranding produknya. Ia menekankan, brownies buatannya itu bukan hanya sekadar bisa menjadi teman ngemil, tapi juga bisa menjadi kue yang pantas untuk dijadikan hantaran.

"Sebelumnya kita membranding brownies kita itu dari singkong, gluten free, terus kita juga ada produk yang lain juga kan, ada gethuk pokoknya semua yang dari singkong dan cocok untuk ngemil," kata Dwi.


"Setelah itu kita coba ganti, diubah, 'kenapa kita gak ubah bahwa brownies kita itu bisa buat hampers atau kue hantaran'."

"Kita rebranding itu, lalu juga biaya untuk pemasarannya lebih ditinggikan lagi. Mulailah pasang iklan di media sosial, lalu endors, dan ternyata ini berhasil, bisa meningkat lagi sama seperti sebelum pandemi dulu," ungkap Dwi.

Baca juga: Supeltas Colomadu, Selangkah Lebih Maju dengan SK Kemenkumham dan Siap Gabung BPJS Ketenagakerjaan

Halaman
1234

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas