Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyebab Buaya di Kalteng Terkam Bocah 10 Tahun, Perubahan Perilaku hingga Kerusakan Lingkungan

Penyebab buaya di Kalimantan Tengah terkam bocah 10 tahun hingga meninggal dunia disebut karena adanya perubahan perilaku hingga kerusakan lingkungan.

Penulis: Linda Nur Dewi R
Editor: Daryono
zoom-in Penyebab Buaya di Kalteng Terkam Bocah 10 Tahun, Perubahan Perilaku hingga Kerusakan Lingkungan
Kolase Tribunnews.com
(Kiri) jenazah H (10) usai ditemukan dan diserahkan kepada keluarganya untuk pemulasaran dan (Kanan) Bangkai buaya Sungai Arut Kobar yang dibunuh warga karena diduga menelan jenazah bocah warga Mendawai Seberang dikuburkan, Minggu (26/11/2023). Insiden ini disebut karena adanya faktor kerusakan lingkungan. 

TRIBUNNEWS.COM – Terungkap, inilah penyebab buaya jenis Senyulong terkam bocah berinisial H (10) di Sungai Arut Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada Sabtu (25/11/2023) lalu.

Diinformasikan sebelumnya, bocah asal Mendawai di Sungai Arut Kabupaten Kotawaringin Barat itu diterkam buaya saat mandi di sungai tersebut.

Sebelum meninggal, bocah tersebut sempat berterik minta tolong lalu tenggelam.




Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat mengungkapkan, dulunya warga bantaran Sungai Arut Kobar dan buaya bisa hidup berdampingan, nyaris tidak pernah terjadi serangan ke manusia.

Namun, hewan predator tersebut kini mengalam perubahan perilaku.  

Kepala Seksi Koservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun, Dendi Setiadi mengungkapkan perubahan perilaku buaya dapat disebabkan karena pakan di habitat hewan tersebut berkurang karena ekosistem di Sungai Arut rusak.

Baca juga: Viral Buaya Terkam Bocah 10 Tahun hingga Tewas, Pemerhati Satwa: Merasa Terusik atau Terancam

"Pertumbuhan manusia di sekitar Sungai Arut hingga membuat kerusakan lingkungan, menjadi permasalahan yang harus ditangani pihak terkait untuk menangkal bencana serangan satwa liar," ujarnya, Minggu (28/11/2023), dikutip dari TribunKalteng.com.

BERITA TERKAIT

Dendi menambahkan adanya aktivitas manusia dan buaya yang berdampingan juga menjadi pemicu buaya menjadi lebih agresif.

Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap menyadari bahwa buaya merupakan satwa liar yang perlu diwaspadai.

Sebab, masyarakat sekitar Sungai Arut percaya bahwa buaya tersebut adalah leluhur mereka yang sudah sejak lama hidup berdampingan dengan masyarakat dan tidak pernah mengganggu.

"Kami berharap masyarakat sekitar Sungai Arut memahami kearifan lokalnya yang mengetahui buaya merupakan satwa liar yang hidup di Sungai Arut sejak dulu,"

"Dari sudut pandang konservasi buaya juga bagian dari ekosistem Sungai Arut, alih fungsi kawasan yang tadinya habitat buaya menjadi pemukiman membuat irisan aktivitas manusia dengan buaya," ujar Dendi.

Walhi Kalteng Sebut Ada Faktor Kerusakan Lingkungan

Tangkapan layar seekor buaya berukuran besar di Sungai Arut, Kobar, Kalteng yang diduga membawa jasad H. Peristiwa ini disebut berkaitan dengan kerusakan lingkungan.
Tangkapan layar seekor buaya berukuran besar di Sungai Arut, Kobar, Kalteng yang diduga membawa jasad H. Peristiwa ini disebut berkaitan dengan kerusakan lingkungan. (DOKUMEN BKSDA SKW II PANGKALAN BUN)

Direktur Wahana Lingkungan (Walhi) Kalteng, Bayu Herinata menilai terjadinya serangan buaya terhadap H tersebut tak lepas akibat kerusakan lingkungan yang menjadi habitat buaya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas