Sosok Baliah Pengemis Viral di Bogor Terungkap, Bukan Orang Kaya tapi Suka Berbagi
Diketahui rumah Baliah berada di dalam gang sempit berada di belakang kantor Desa Ciasihan dengan luas tidak sampai 100 meter
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Wanita paruh baya itu bernama Baliah, warga Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor belakangan ini menjadi sorotan karena mengemis dengan cara tidak biasa.
Ia mengemis membawa baskom sambil mengucapkan 'a kasian a dan teh kasian teh' dengan intonasi nada yang membuat terngiang-ngiang di kawasan wisata Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Setelah viral, Tibun Bogor menyambangi rumah Baliah.
Banyak netizen curiga bahwa Baliah sebenarnya adalah pengemis kaya namun faktanya tidak demikian.
Diketahui rumah Baliah berada di dalam gang sempit berada di belakang kantor Desa Ciasihan dengan luas tidak sampai 100 meter.
Cat depan rumahnya pun sudah nampak lusuh dan warnanya tak beraturan, tembok rumahnya berwarna ungu, namun tidak semua rata dengan warna senada.
Terlihat cat berwarna ungu itu tidak menutup semua dinding depan rumahnya sehingga masih terlihat cat warna hijau yang merupakan warna rumahnya sebelumnya.
Baca juga: Baliah, Seorang Pengemis di Gunung Salak Bogor Menjadi Viral, Suaminya Seorang Tuna Rungu
Bagian dalam rumahnya berwarna hijau dengan berlantaikan keramik berwarna putih.
Konstruksi bangunnya menggunakan material bata kuning, hal itu terlihat dari dinding samping rumahnya yang tidak ditutup oleh plester.
Ya, Baliah memang merupakan keluarga dengan kategori kurang mampu dan menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya agar terus bisa hidup.
Suaminya yang diketahui bernama Ropik memiliki kekurangan yakni tidak bisa berbicara alias tunarungu yang bekerja serabutan.
Sementara itu, ia juga harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan anak laki-laki semata wayanngnya yang duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar.
Baliah pun tidak seperti manusia normal pada umumnya yang mudah dalam berkomunikasi.
Ia memiliki sedikit gangguan kesehatan mental sehingga setiap ucapannya harus dipahami dengan seksama. Hal itu diakui pula oleh orang-orang di sekitarnya.