Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siksa Anaknya dengan Sadis, Ibu di Surabaya Beri Pengakuan: Ajaran Gaib, Bisa Ramal Orang

Seorang ibu muda di Surabaya tega menganiaya anaknya dengan sadis. Ngaku ajaran gaib hingga bisa meramal orang.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
zoom-in Siksa Anaknya dengan Sadis, Ibu di Surabaya Beri Pengakuan: Ajaran Gaib, Bisa Ramal Orang
iStockphoto
Ilustrasi kekerasan pada anak - Seorang ibu muda di Surabaya tega menganiaya anaknya dengan sadis. Ngaku ajaran gaib hingga bisa meramal orang. 

TRIBUNNEWS.COM - Aurel alias Aca (26), ibu muda di Surabaya, Jawa Timur tega menganiaya anak kandungnya, E (9) dengan sadis.

Aca menyiram tubuh anaknya dengan air mendidih, mengikat, hingga menyundut rokok.

Ironisnya, penyiksaan itu sudah dilakukan Aca selama dua tahun, sejak anaknya umur 7 tahun hingga saat ini usia korban menginjak 9 tahun.

Melansir TribunJatim.com, Aca nekat menganiaya buah hatinya lantaran menekuni ilmu hitam.

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya menyebut, ilmu itu digunakan Aca untuk bekerja.

Mulai dari membaca kartu tarot, meramal nasib orang, hingga jasa memelet orang.

Salah satu amalan ilmunya yakni menyiksa anak kandungnya sendiri.

BERITA REKOMENDASI

"Itu ajaran gaib ilmu, saya bisa melet dan baca kartu."

"Iya menganiaya anak jadi salah satu amalan begitu, cuma kalau saya marah itu selalu seperti itu," ungkap Aca.

Pengakuan itu disampaikan Aca setelah berkali-kali ditanya aparat kepolisian.

Awalnya, Aca mengaku gelap mata karena ada bisikan gaib.

Baca juga: Alasan Ibu di Surabaya Siksa Anak, Mengaku Punya Ilmu Hitam dan Dapat Meramal Nasib Orang

Kemudian, ia mengganti keterangannya dan mengatakan mendidik anaknya yang nakal.

Aca mencontohkan, anaknya makan membutuhkan waktu hingga 4 jam.

Hal itu membuatnya merusak gigi sang anak menggunakan tang, termasuk menyiram tubuh korban dengan air panas.

Sudah Pernah Dilaporkan ke Dinsos

Masih dari laman TribunJatim.com, warga sekitar hampir setiap hari mendengar suara tangisan dari rumah Aca.

Dikatakan Sulis, seorang warga sekitar, Aca kerap marah saat anaknya pergi keluar rumah.

"Namanya anak kecil kan senang main, tapi sama ibunya dilarang."

"Kalau marahi anaknya itu nemen (kebangetan) ya dijewer, ya ditepuk," kata Sulis.

Warga yang kasihan dengan korban akhirnya melaporkan Aca ke Dinas Sosial.

Korban pun sempat diungsikan ke Dinas Sosial.

Namun, enam bulan kemudian, Aca mendatangi Dinas Sosial dan memohon bisa membawa anaknya pulang.

Saat itu, Aca berjanji tidak akan menyiksa anaknya lagi. Akan tetapi, janji itu tak ditepati.

Aca kembali menyiksa anaknya, bahkan lebih parah dari sebelumnya.

"Saat dibawa pulang itulah, pelaku kembali melakukan kekerasan kepada korban."

"Kekerasan yang dilakukan pelaku seperti menyiram korban dengan air panas hingga kulitnya melepuh."

"Memukul korban, kemudian menghancurkan gigi korban menggunakan tang, pelaku juga mengikat korban," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono.

Korban Berusaha Tutupi Lukanya

ACA (26) ditangkap polisi atas kasus penganiayaan anak kandungnya, Senin (22/1/2024).
ACA (26) ditangkap polisi atas kasus penganiayaan anak kandungnya, Senin (22/1/2024). (TRIBUNMADURA.COM/TONY HERMAWAN)

Mendapat perlakuan kejam dari sang ibu, secara sekilas kondisi E tampak biasa saja.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3APPKB) Surabaya, Ida Widayati mengatakan, hal itu diduga karena korban sudah terbiasa dengan perlakuan ibunya.

"Secara fisik luar tatak (pemberani), mungkin karena terbiasa diperlakukan ibunya seperti itu," ujar Ida saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Selasa (23/1/2024).

Ida menjelaskan, E mendapatkan sejumlah penganiayaan dari ibu kandungnya.

Di antaranya disiram dengan air mendidih, diikat tangannya, hingga disundut rokok yang masih menyala.

Parahnya, korban juga disuruh berkumur dengan air mendidih.

Korban, kata Ida, mendapat penganiayaan itu setiap melakukan kesalahan.

"Setiap kesalahan anak, dia (pelaku) melakukan penyiksaan beda-beda, ada yang ditusuk gunting, sama disundut rokok."

"Terakhir (korban) telat bangun, tangannya diikat, disiram air panas mendidih ke badannya."

"Sebelumnya, juga air mendidih disuruh kumur, kulit dalam pipinya kan lembut jadi rusak," ungkap Ida.

Kendati demikian, korban berusaha menutupi lukanya tersebut dengan terus-terusan menggunakan masker selama di sekolah.

Baca juga: Sosok Ibu di Surabaya Pelaku Penganiayaan Anak, Korban Disiksa Tiga Tahun, Sempat Ditegur Dinsos

Pihak sekolah merasa ada yang janggal dengan korban yang terus menggunakan masker.

Oleh karena itu, guru melakukan pengecekan terhadap kondisi korban.

"Sekolah yang tahu kenapa kok anak ini maskeran, pas dibuka mulutnya terluka, terus cerita sakit, ketika bajunya dibuka mengelupas kulitnya," papar Ida.

Mendapati kondisi korban yang penuh luka, pihak sekolah membawa bocah itu ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soewandhie.

Pihak sekolah juga melaporkan temuan tersebut ke Pemkot Surabaya untuk ditindaklanjuti.

Saat ini, korban sudah keluar dari rumah sakit dan tinggal di rumah aman anak DP3APPKB Surabaya.

Namun, E masih menjalani penyembuhan dari traumanya.

"Kadang enggak bisa tidur, menurut saya bisa jadi ini trauma."

"Kita dampingi psikolog atau psikiater cuma nunggu benar-benar sembuh dulu, bahaya ini bisa jadi trauma tertunda," tandasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pengakuan Ibu Muda Siksa Anak Cabut Gigi Pakai Tang, Demi Tekuni Ilmu Hitam, Buka Jasa Pelet

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJatim.com/Tony Hermawan, Kompas.com/Andhi Dwi Setiawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas