Kenduri Budaya Wayangan di Pantai Ngliyep, Dr Teguh: Peradaban Maritim Nusantara
Rangkaian ke-5 Kenduri Budaya atas kerjasama Gerakan Daulat Budaya Nusantara dengan PBNU melalui Lesbumi Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Rangkaian ke-5 Kenduri Budaya atas kerjasama Gerakan Daulat Budaya Nusantara dengan PBNU melalui Lesbumi Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia di selenggarakan di Pantai Ngliyep Kabupaten Malang, Jumat 23 Februari 2024.
Kenduri Budaya dengan tajuk Mengawal Kemenangan Indonesia ini merespon hasil sarasehan budaya dari Kenduri Budaya Serentak 14 Kota saat Pesta Demokrasi 14 Februari 2024 yang tajuknya Merayakan Kemenangan Indonesia.
"Alhamdulillah, gerakan Daulat Budaya Nusantara ini mendapat respon positif dari masyarakat Pantai Ngliyep, warga berduyun duyun ikut Kenduri Budaya dengan membawa hasil bumi dalam bentuk makanan di dalam besek besek bancakan barikan," jelas Dr Teguh Haryono, Inisiator Gerakan Daulat Budaya Nusantara.
Menurut Teguh, kebudayaan nusantara tercermin dari peradaban maritim yang kaya akan hasil bumi.
Karakter bangsa yang berkelimpahan ini di ekspresikan masyarakat dalam bentuk kenduri, tasyakuran berbagi makanan.
"Pas Kenduri Budaya di Kaliopak Jogja, Mas Teguh mendeklamasikan puisinya Bung Karno, Aku Melihat Indonesia. Di sajak itu ada Pantai Ngliyep yang disebut Bung Karno. Saya usul kenduri budaya di Pantai Ngliyep, ehh ternyata di setujui sedulur sedulur," kata Sujiwo Tejo, budayawan yang sejak awal turut membidani gerakan Daulat Budaya Nusantara.
Konsep kegiatan Kenduri Budaya yang disepakati oleh Gerakan Daulat Budaya Nusantara dengan PBNU ini isinya: Umbul Do'a, Sarasehan dan Pertunjukan Seni Budaya.
Di pantai Ngliyep, umbul do'a di panjatkan sejak siang hari bakdo sholat Jum'at sampai dengan waktu ashar, di lanjut dengan menanam tiga pohon Kalimosodo di petilasan Sendang Kamulyan, Pantai Ngliyep dan Gunung Kombang.
"Warga senang sekali dengan kenduren ini, tempat tempat sakral di Pantai Ngliyep di hormati, di tanami pohon. Danyang, demit sampai Nyai Ratu Kidul juga senang. Wangsit ghaibnya, besok bikin keduren lagi, karena ini baru pertama kali di Pantai Pasir Panjang kawasan Pantai Ngliyep," kata Mbah Bejo Dipo Atmojo, juru kunci Sendang Kamulyan, sebuah mata air tawar di pinggir pantai.
Kabar akan diadakannya Kenduri Budaya di Pantai Ngliyep cepat menyebar ke masyarakat pesisir kabupaten Malang, bukan hanya jaringan PBNU Lesbumi dari tingkat provinsi sampai kecamatan, tapi juga sampai RT RW di Desa Kedung Salam Kecamatan Donomulyo.
"Infonya mendadak sekali ini Kenduren, jadi kami ndak sempat bikin panitia trus woro woro ke warga, makanya yang ikut yang tau aja. Sudah delapan tahun lebih di Pantai Ngliyep ini ndak ada acara adat. Alhamdulillah kok ada yang bikin kenduren ini, saya langsung ndadak aja panggil warga, dan Pak Camat juga hadir," kata Misdi, Kepala Desa Kedung Salam dengan penuh semangat.
Bentang alam Pantai Ngliyep, laut selatan pulau Jawa yang menghadap Samudera Hindia memang eksotis, ada energi spiritual yang besar di kawasan ini, sepanjang pantai yang terbentang dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY sampai Jawa Timur.
Baca juga: Acara Kenduri Urban Humanity, Kesenian Dikembalikan Pada Marwahnya Sebagai Alat Memuliakan Manusia
Dari Ujung Kulon Pandeglang, Palabuhan Ratu Sukabumi, Pantai Pangandaran Ciamis, Nusakambangan Cilacap Pantai Ayah Kebumen, Parangtritis Parangkusumo Bantul, Pantai Glagah Kulon Progo, Pantai Sadeng GunungKidul, Pantai Klayar Pacitan, Pantai Ngliyep Malang dan Pulau Merah Banyuwangi.
Semuanya terhubung dengan mitologi Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul.