Pencarian Pesawat Pilatus PC6 Smart Air yang Hilang di Kaltara Berlanjut, Helikopter Dikerahkan
Pesawat perintis bernama PK SNE type Pilatus PC6 Smart Air dilaporkan berangkat dari runway Bandara Juwata Tarakan menuju Desa Binuang, Krayan Tengah
Editor: Eko Sutriyanto
Lanud Anang Busra Kota Tarakan membeberkan kendala dalam proses pencarian.
Di mana pihak Lanud Anang Busra turut serta melakukan pencarian Pesawat PK SNE yang dinyatakan hilang kontak menuju Binuang.
Dikatakan Komandan Lanud (Danlanud) Anang Busra Kota Tarakan, Kolonel Pnb Bambang Sudewo, personel pencarian begerak berdasarkan pancaran emergency locater transmitter (ELT).
Dengan dasar ELT ada dua signal terpancar lanjutnya.
“Kemudian kami juga melakukan koordinasi dan perhitungan lokasi kemungkinan pancaran tersebut kami usahakan mengerahkan dua pesawat Susi Air dan Smart Air yang memang melewati daerah di sana. Dan saat ini belum ada hasil,” jelasnya.
Kemudian kembali dikerahkan satu unit Heli berisi Tim Rescue dengan harapan bisa menemukan lokasi minimal sehingga diharapkan sampai pukul 18.00 WITA tadi, bisa melakukan blok.
“Itu apabila lokasinya ditemukan dan memungkinkan. Namun jika tidak, kami mencatat dan heli itu didaratkan di Malinau untuk kegiatan pencarian hari ini,” jelas Komandan Lanud (Danlanud) Anang Busra Kota Tarakan, Kolonel Pnb Bambang Sudewo.
Ia menambahkan bahwa mengingat di sana ketinggian 5.900 kaki dan cukup tinggi tempat pancarannya dan menyulitkan personel.
Baca juga: Pesawat PC6 Pilatus Smart Air Hilang Kontak, Dua Pesawat Diterjunkan untuk Operasi Pencarian
Diketahui lanjutnya di wilayah sana sangat jarang penduduk.
“Dan akses di daerah perbukitan tentunya sulit dan selain jaringan, akses darat juga di sana sulit.
Sampai sekarang kami masih menunggu koordinasi dengan pihak terkait di wilayah terutama wilayah sekitar Binuang. Namun sampai pukul 18.00 Wita belum mendapatkan akses berita, gambar dan lainnya,” terangnya.
Sehingga sembari menunggu pihaknya berembuk, karena kondisi cuaca dan waktu lokasi di sana untuk bandaranya hanya bisa didarati secara visual.
“Jadi tidak ada alat navigasi lain, artinya pilot harus melihat bandaranya. Sementara kondisi cuaca menjelang sore, visibility sulit. Apabila tidak bisa mendaratkan, menemukan, maka heli distanbykan mendarat di Malinau untuk kemudian besok pagi semampu mungkin dilanjutlkan jika kondisi cuaca kabut sudah terbuka,” paparnya panjang lebar.
Karena lanjutnya, faktor alam tidak bisa ditolak.