Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Muammar Bakry Menjelaskan Lebaran Ketupat Manifestasi Kerukunan Masyarakat Indonesia

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah juga diwarnai oleh berbagai tradisi budaya dan kearifan lokal

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Muammar Bakry Menjelaskan Lebaran Ketupat Manifestasi Kerukunan Masyarakat Indonesia
Dok. pribadi
Sekretaris Umum pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, Prof. Dr. H. Muammar Bakry 

Ia lantas menguraikan kewajiban zakat fitrah setelah berpuasa. Menurutnya, zakat fitrah adalah makanan pokok yang harus dikeluarkan atau dizakati. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pada hari lebaran Idul Fitri, semua orang menikmati makanan pokok.

“Hanya saja jika dihidangkan dalam bentuk nasi kan itu sudah biasa kita saksikan sehari-hari. Makanya dikemas dalam bentuk ketupat, yang sebenarnya juga merupakan budaya atau kearifan lokal masyarakat Indonesia. Maka dari itu, sangat wajar jika hari Idulfitri diasosiasikan dengan lebaran ketupat,” imbuh Prof. Muammar Bakry.

Dirinya mengatakan, dengan zakat fitrah yang dikeluarkan masing-masing umat Islam sebelum tanggal 1 Syawal, tidak ada orang yang tidak makan nasi atau beras yang dikemas dalam bentuk ketupat saat hari raya tiba.

Selain kembali bisa menikmati makanan pokok orang Indonesia dalam bentuk ketupat, ada nilai kebersamaan yang tersirat didalamnya. Saat Idul Fitri, tidak ada bedanya orang yang kaya dengan orang yang miskin, karena semuanya sama-sama menikmati makanan yang serupa, yakni ketupat.

Prof. Muammar Bakry pun menambahkan, bahwa lebaran ketupat adalah salah satu contoh Islam yang dibudayakan. Sebenarnya budaya ini juga merupakan serapan dari syiar Islam, bahwa ada puasa Syawal selama enam hari setelah perayaan Idul Fitri.

Waktu enam hari yang sebenarnya dari puasa Syawal ini kemudian bercampur dengan kebiasaan masyarakat yang senang berkumpul dan makan-makan, jadilah budaya lebaran ketupat.

“Jika setelah lebaran ketupat lalu ada yang ingin melaksanakan puasa Syawal, itu silahkan saja. Yang jelas, memahami nilai-nilai agama tidak boleh secara sempit dan selalu menganggap bahwa budaya pasti berseberangan dengan syariat. Ini tidak boleh terjadi,” pungkas Prof. Muammar Bakry.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas