Taruna STIP Jakarta yang Tewas Dianiaya Senior Terakhir Kali Komunikasi dengan Ayahnya pada 1 Mei
Ayah Putu Satria, Ketut Swastika mengatakan terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya pada 1 Mei 2024.
Editor: Erik S
![Taruna STIP Jakarta yang Tewas Dianiaya Senior Terakhir Kali Komunikasi dengan Ayahnya pada 1 Mei](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ibunda-putu-satria-jenazah-taruna-stip.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA– Keluarga mengungkapkan komunikasi terakhir dengan Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang tewas dianiaya senior.
Ayah Putu Satria, Ketut Swastika mengatakan terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya pada 1 Mei 2024.
“Terakhir komunikasi di WA saat libur tanggal 1 Mei lalu. Saya diingatkan untuk mengganti strip (stiker) sepeda motornya," ungkap Swastika dikutip dari Tribun Bali, Senin (6/5/2024).
Baca juga: Taruna STIP Jakarta Dianiaya hingga Tewas Diduga Karena Cemburu, Ini Penjelasan Keluarga Korban
Pihak keluarga telah menyiapkan upacara pengabenan untuk Putu Satria.
Keluarga sudah berkoordinasi dengan sulinggih, dan upacara pengabenan Putu Satria rencana akan digelar Jumat (10/5/2024).
“Informasi keluarga, upacara pengabenan akan digelar 10 Mei 2024," ujar Perbekel Desa Gunaksa, I Nengah Sadiarta.
Jenazah Putu Satria disemayamkan di IPJ RSUD Klungkung, dan akan dipulangkan ke rumah duka di Desa Gunaksa Klungkung pada Kamis (9/5/2024).
Tangis Pilu Ibunda
Isak tangis mengiringi kepulangan jenazah Putu Satria Ananta Rustika (19) di Klungkung, Minggu (5/5/2024) pagi.
Jenazah taruna STIP Jakarta yang meninggal dianiaya seniornya tersebut, dititip di RSUD Klungkung sampai menunggu hari untuk digelar upacara ngaben.
Sejak pagi hari, kerabat serta rekan-rekan kerja dari ibu kandung Putu Satria, Ni Nengah Rusmini, sudah menanti kepulangan jenazah.
Rusmini merupakan bidan di RSUD Klungkung. Ia turut ke Jakarta saat mendapat informasi Putu Satria meninggal dunia di kampusnya, Jumat (3/5/2024).
Tangis kesedihan langsung terdengar saat jenazah Putu Satria tiba di IPJ (Instalasi Pemulasaraan Jenazah) RSUD Klungkung sekitar pukul 10.00 Wita.
Nengah Rusmini langsung dipeluk oleh rekan-rekannya, saat jenazah Putu Satria yang berada di peti kayu, dipindahkan dari ambulans menuju ke ruang jenazah.
Baca juga: Ibunda Tersangka Senior Aniaya Taruna STIP Jakarta Syok: Ya Allah Tegar Tega Sekali Sama Mama
Nengah Rusmini tampak sangat terpukul dengan kepergian putra sulungnya.
Matanya sembab karena terus menangis, duka jelas teraut dari wajahnya.
Ia lalu berjalan menuju kamar jenazah, sembari meratapi foto putranya.
Dengan penuh rasa duka, Nengah Rusmini langsung bersandar di peti putranya sembari memejamkan mata.
Tangis pilu Rusmini pun pecah sembari mengusap peti mati putranya.
Hal ini mengundang isak tangis kerabat dan warga yang saat itu berada di Intalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Klungkung.
Dugaan Kecemburuan
Duka mendalam juga dirasakan paman dari Putu Satria, Nyoman Budiarta. Ia meminta pelaku dapat dihukum seberat-beratnya.
Baca juga: Ketua RT dan Tetangga Sebut Tegar Rafi Sosok Ramah, Tak Disangka Aniaya Taruna STIP hingga Tewas
"Saya harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya. Karena itu menghilangkan anak (keponakan) saya," harap Nyoman Budiarta saat ditemui di RSUD Klungkung, Minggu (5/5/2024).
Nyoman Budiarta ikut ke Jakarta, setelah mendapat informasi keponakannya meninggal dunia.
Ia juga terus mengikuti proses hukum yang berjalan. Ia juga mencurigai, keponakannya dianiaya lebih dari satu orang.
“Mungkin banyak orang (pelaku). Masih ada pemeriksaan oleh kepolisian," ujar Budiarta.
Ia juga meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.
Namun ada dugaan karena kecemburuan dan iri hati dari seniornya. Mengingat Putu Satria terpilih sebagai mayoret dan berkesempatan ke Tiongkok.
Baca juga: Kemenhub Ikut Investigasi Kasus Tewasnya Mahasiswa STIP Jakarta, Pengasuh dan CCTV Akan Ditambah
“Informasi dari pembinanya, keponakan saya ini lolos mayoret dan akan dikirim ke Cina (Tiongkok)," ungkap Budiarta.
Motif lainnya yang beredar, yakni Putu Satria dan 4 rekannya menggunakan pakaian olahraga pada Jumat (3/5//2024) pagi. Padahal saat itu seharusnya menggunalan seragan dinas.
Hal ini diketahui oleh seniornya, dan menjadi alasan melakukan kekerasan terhadap korban dan empat rekannya.
Sementara untuk hasil autopsi terhadap korban, tidak disampaikan langsung ke keluarga. Namun dari
penjelasan kepolisian saar pers rilis, disebut paru-paru Putu Satria pecah akibat pukulan keras.
“Hasil autopsi mungkin nanti diungkap di pengadilan. Kami menuntut keadilan, agar tidak ada yang ditutup-tutupi dari kasus ini. Tersangka bisa dihukum seberat-beratnya," ungkap dia.
Putu Satria meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya, Jumat (3/5/2024).
Penulis: Eka Mita Suputra
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Permintaan Terakhir Putu Satria Kepada Sang Ayah & Upacara Pengabenan Digelar Jumat Pekan Ini
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.