Tangis Pilu Ibu Taruna STIP Korban Penganiayaan, Jasad Penuh Luka Lebam, Minta Kapolri Turun Tangan
Tegar ditetapkan tersangka kasus penganiayaan terhadap juniornya, Putu Satria. Penganiayaan terjadi setelah korban olahraga Jumat pagi.
Editor: Abdul Muhaimin
TRIBUNNEWS.COM - Kasus kematian taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta menyisakan duka bagi keluarga.
Korban yang bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) merupakan taruna asal Klungkung, Bali yang baru masuk STIP pada September 2023 lalu.
Anak pertama dari tiga bersaudara tersebut tewas dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21) pada Jumat (2/5/2024).
Jenazah saat ini disemayamkan di RSUD Klungkung dan akan dilakukan upacara pengabenan pada Jumat (10/5/2024).
Ibu korban, Ni Nengah Rusmini banyak melihat kejanggalan atas kasus yang dialami putranya hingga meninggal dunia.
Dia meyakini bahwa pelaku bukanlah tunggal, namun lebih dari satu orang.
"Saya lihat banyak kejanggalan, dari apa yang saya lihat dan perkembangan kasus ini. Kenapa hanya satu tersangka, saya yakin pelakunya lebih dari satu orang," ujar Nengah Rusmini saat ditemui di rumah duka, Rabu (8/5/2024).
Saat melihat jenazah sang putra, Nengah Rusmini melihat banyak kejanggalan.
Seperti banyak luka lebam di tubuh dan tangannya, mulut terluka, serta hidung yang mengeluarkan darah.
"Tubuhnya banyak lebam, badan hingga tangan. Juga mulutnya pecah (luka)," ujar Nengah Rusmini yang juga tenaga medis di RSUD Klungkung.
Ia menuntut keadilan dan meminta kasus ini diusut tuntas. Ia ingin terus memperjuangkan keadilan untuk sang putra, yang meninggal dunia di tangan seniornya di STIP Jakarta.
Baca juga: 3 Tersangka Baru Kasus Taruna STIP Aniaya Junior hingga Tewas, Berperan Jadi Provokator
"Bapak presiden, bapak Kapolri, bapak Menteri Perhubungan, tolong bantu kami. Tolong usut kasus ini sampai tuntas, jangan sampai ada yang ditutup tutupi. Kami keluarga menuntut keadilan," ungkap Nengah Rusmini.
Ia juga meminta rekan-rekan dan orang orangtua taruna di STIP Jakarta, untuk tidak takut melaporkan tindakan kekerasan yang masih terjadi di sekolah kedinasan tersebut.
"Ibu-ibu taruna yang lain, ayo seperti janji kita saat bertemu di Jakarta. Katanya mau melapor dan siap buka-bukan (terkait kekerasan yang juga dialami anak mereka).