5 Fakta ASN Meninggal setelah Suntik Filler Payudara di Sleman
Seorang wanita berinisial PK (27) yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi korban suntik filler payudara hingga meninggal dunia.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Menurut Adrian, karyawan tersebut mengaku sebagai mantan perawat.
Namun, sudah dua tahun resign dari kerjaan perawat dan kini menekuni kerja di salon.
Kepolisian sudah menggali keterangan melalui ahli, dan perawat seharusnya tidak diperbolehkan menyuntik pasien langsung tanpa pendampingan dari dokter.
Polisi juga masih mendalami status karyawan tersebut, apakah memang memiliki izin profesi keperawatan atau di salon kecantikan bertindak atas nama sendiri.
"Ini kita dalami, apakah dia di situ selaku perawat atau individu," tutur Adrian.
3. Tidak Masuk Pamflet Layanan
Adrian juga membeberkan bahwa praktik suntik filler payudara itu sebenarnya tidak masuk dalam pamflet layanan yang dikerjakan di salon tersebut.
Polisi menduga, layanan suntik filler payudara di salon tersebut diketahui korban berdasarkan cerita dari mulut ke mulut.
Terkait dengan biaya, pemilik salon mematok harga Rp2,5 juta per 100 cc silikon yang disuntikkan.
Jika korban dan pemilik salon ada kesepakatan membutuhkan 500 cc berarti harganya sekitar Rp12,5 juta.
4. Dilakukan Autopsi
Menurut Adrian, jenazah korban sudah dilakukan autopsi dan ada beberapa organ yang dibawa ke Laboratorium di Semarang.
Termasuk alat suntik filler juga dibawa untuk dilakukan pemeriksaan.
"Dokter akan melihat apakah alat suntik dengan kandungan (yang disuntikkan) sudah sesuai apa belum," terangnya.
Sementara itu, pemilik salon dan karyawan salon disangka melanggar praktik kefarmasian yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan.
Sangkaan pasal 197 atau pasal 198 Jo 106 Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009.