Fakta-fakta Menarik tentang Sri Sultan HB X, Sejarah Batik dan Warisan Budaya Kabupaten Batang
Kabupaten Batang telah ada sejak tahun 1614 dengan wilayah yang membentang hingga Wonosobo dan Banjarnegara
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Banyak fakta menarik tentang sejarah lampau Kabupaten Batang di Jawa Tengah. Diantaranya, kain batik yang selama ini dianggap mulai ada sejak zaman Majapahit abad ke-13, ternyata telah ada di Batang sejak abad ke-8, diketahui melalui prasasti Gringsing.
"Dari Prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa kelahiran Wangsa Syailendra terkait erat dengan wilayah Batang," ungkap Ketua Perkumpulan Masyarakat Batang (PMB) DR (HC) Heppy Trenggono M.Kom di acara "Ngopi Bareng Pegiat Sejarah Batang" di Resto Pawon Simbah, Batang, Jawa Tengah, Kamis (6/6/2024).
Masih kata Heppy, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menjadi Raja Mataram, Yogyakarta, mengakui bahwa nenek moyangnya adalah Ratu Batang, dari Batang.
"Selain itu, banyak sekali ditemukan prasasti, candi, dan situs sejarah lain yang tersebar di seluruh wilayah Batang, yang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki peran signifikan dalam perkembangan peradaban Hindu-Budha di Indonesia," ungkapnya.
Heppy yang juga presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) ini, Kabupaten Batang telah ada sejak tahun 1614 dengan wilayah yang membentang hingga Wonosobo dan Banjarnegara.
Baca juga: Desa di Pesisir Utara Kabupaten Batang Terendam Banjir Hingga 60 Sentimeter
"Peradaban yang ada di Batang lebih tua dari Mataram Yogyakarta, Majapahit, dan candi Borobudur," kata dia.
Heppy mengungkapkan, acara ngobrol-ngobrol ini tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai sejarah Batang, tetapi juga memperkuat jati diri generasi muda Batang.
"Sehingga mereka dapat tumbuh dengan rasa bangga terhadap warisan budaya dan sejarah daerahnya. PMB berharap ini menjadi langkah awal dari banyak inisiatif lain yang akan terus mengangkat sejarah dan budaya Batang ke permukaan, mendukung pembangunan yang berkelanjutan bagi masyarakatnya," ujar Heppy Trenggono.
Heppy menekankan, siapa yang tidak mengenal sejarahnya, dia tidak bisa membangun masa depan. "Bahkan tidak memahami apa yang sedang terjadi saat ini," katanya.
Menurut Heppy, sejarah merupakan salah satu pondasi untuk membangun bangsa agar lebih baik kedepan.
"Pernyataan ini menekankan pentingnya memahami sejarah sebagai pondasi untuk membangun masa depan yang lebih baik," ungkapnya.
Di tempat yang sama salah satu pegiat sejarah, Turadi dari Komunitas Syailendra, menyatakan, dari semua bukti-bukti sejarah membuktikan bahwa Batang merupakan cikal bakal peradaban Nusantara.
Acara ini dihadiri berbagai pegiat sejarah, tokoh masyarakat, dan pemuda Batang yang memiliki ketertarikan dalam memahami sejarah daerahnya.
Acara yang dibalut dengan makan bareng serta sarasehan itu, dihadiri oleh sejumlah pihak antara lain; Fathurrohman, Sadikin (Komunitas Fosil Darah), Fatchurrozak Fazani, Rahwan (Komunitas Syailendra), serta Sugito Hadisastro (Komunitas Pena).
Hadir pula sejumlah pengurus PMB, diantanya Sekjen Wuryani, Ketua Haryono, Bendahara Popi Dian Hartini, Ketua PMB Batang Sukoningsih, Koordinator proyek sejarah Mardiono dan sekretaris proyek sejarah Edi Leksono.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia