Soal Polwan Bakar Suami di Mojokerto, Psikolog Ungkap soal Support System
Saat ini, menurutnya pelaku juga membutuhkan pendampingan psikolog karena setelah pelampiasan emosi yang tidak terkontrol.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Inilah kabar terbaru soal polwan bakar suami di Mojokerto, Jawa Timur.
Kejadian Briptu RDW yang tewas dibakar istrinya, Briptu FN ini menjadi perhatian banyak pihak.
Secara psikologis memang ada banyak hal yang menyebabkan perilaku ini terjadi. Meskipun banyak opini masyarakat yang menyudutkan pelaku yang mengkritisi bagaimana seorang polwan bisa sampai melakukan tindak kriminal.
Hal ini dikatakan oleh Karolin Rista, dosen Psikologi Untag Surabaya.
Saat ini, menurutnya pelaku juga membutuhkan pendampingan psikolog karena setelah pelampiasan emosi yang tidak terkontrol.
Bisa saja saat ini sedang merasakan penyesalan dan tertekan mengingat anak anaknya.
"Namun, terlepas dari semua itu saya berharap masyarakat bisa melihat bahwa dengan atribut dan profesi apapun, kasus ini menjelaskan bahwa ketika seseorang berada dalam titik batas toleransi yang dimiliki atau ketika kesejahteraan psikologi seseorang sudah tidak lagi dimiliki maka ia mampu melakukan banyak hal yang di luar norma-norma atau batas-batas sewajarnya," ujarnya, Selasa, (11/6/2024).
Bisa dilihat bahwa seorang Polwan yang dalam catatan masih melakukan aktivitas bekerja artinya dia masih punya kontrol diri.
Pelaku masih mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan dengan masih melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
Ini sebenarnya adalah ciri-ciri dari seseorang yang masih bisa memiliki kesejahteraan psikologis yang baik karena dia masih mampu bertindak otonom seperti menentukan targetnya.
Dia masih bisa menjalin relasi dengan sekelilingnya artinya dia masih bisa melakukan fungsi dirinya dengan baik.
Baca juga: 4 Fakta Polwan Bakar Suami di Mojokerto, Briptu FN Alami Baby Blues hingga Derita Luka di Tangan
Namun kalau dilihat pemicu terbesar situasi ini ketika menjadi seorang ibu dari beberapa orang anak dan suami ternyata memiliki keterikatan dengan judi online itu sebenarnya sudah merupakan tanggung jawab yang berat.
"Apalagi ketika ia tidak mendapatkan support system yang baik dari suami untuk menghidupi beberapa anak sehingga tekanan yang dimiliki oleh seorang ibu ini ternyata sudah cukup tinggi," tambahnya.
Ditambah lagi yang masih tetap harus bekerja dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan dibandingkan pihak suami.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.