Kisah Pencarian Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo: Tidur Penuh Rasa Takut Hingga Cium Bau Busuk
Pratu Rifal mengakui suasana di lokasi longsor sangat begitu buruk, jalan rusak dan kendaraan motor sangat sulit untuk dilalui.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Namun karena ditugaskan, Pratu Rifal melakukan dengan segenap hati.
"Kami mulai bekerja mencari jenazah sejak jam 7 pagi hingga jam 5 sore, ya semoga kedepan tidak ada lagi musibah seperti ini terjadi," jelasnya.
Cium Bau Busuk
Selain Pratu Rifal, Anggota Tim SAR Angki Hilimi pun tampak kusam saat sampai di Pos SAR Terpadu, Sabtu 13 Juli 2024.
Ia kemudian disambut oleh tim medis untuk mendapatkan vaksin tetanus toxoid.
Kepada Tribunmanado.co.id, ia mengatakan sudah naik ke lokasi longsor sejak Selasa 10 Juli 2024.
Selama empat hari berada di lokasi tambang emas Gorontalo, ia mengatakan menemukan empat jenazah bersama relawan.
"Salah satu jenazah sudah tinggal setengah badan," ujarnya.
Baca juga: Jenazah Selmiayati dan Akuba, Korban Longsor di Gorontalo Diserahkan kepada Keluarga
Ia mengatakan proses pencarian sempat terkendala cuaca buruk yakni hujan deras.
Pasalnya, sesuai dengan SOP apabila hujan deras terjadi anggota SAR tidak bisa melakukan pencarian
."Kendala paling serius itu cuaca. Karena kami tak diizinkan mencari jenazah saat hujan," ungkapnya.
Untuk mempermudah pencarian korban, ia bersama teman-temannya mengendus bau busuk.
"Kami endus bau busuk kemudian diberi tanda," kata dia.
"Tanda tersebut nanti kita gali bersama-sama. Karena rata-rata jenazah sudah dalam kondisi membusuk," ungkapnya.
Angki pun mengatakan medan di lokasi longsor sangatlah berat.
"Ada beberapa longsor susulan yang membuat kami kesulitan mencari para korban," tegas dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.