Undip Bantah Kematian Aulia Risma Berkaitan dengan Bullying, Sebut Korban Punya Masalah Kesehatan
Pihak Universitas Diponegoro (Undip) memberikan klarifikasi soal meninggalnya Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Anestesi Undip
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) bernama dr Aulia Risma Lestari ditemukan tewas di kamar kosnya.
Korban tewas bunuh diri diduga karena tak kuat menahan bullying yang diterimanya saat menjalani PPDS di Undip.
Menanggapi hal tersebut, pihak Undip melakukan investigasi internal.
Dari hasil investigasi internal tersebut, pihak Undip menampik ada perundungan yang menyebabkan korban mengakhiri hidup.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal Undip, hal tersebut tidak benar,"
"Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujar Rektor Undip Suharmomo lewat siaran pers di laman universitas.
Meski begitu, pihak Undip tak menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami korban untuk melindungi privasi korban.
Pihak Program Studi (Prodi) Anaestesi juga menyikapi masalah kesehatan yang dialami korban dengan melakukan pemantauan.
"Pengelola Pendidikan Program Studi Anestesi menyikapi problem kesehatan yang dialami korban dengan memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan," ujarnya.
Korban pun sempat mengundurkan diri, namun karena menerima beasiswa, korban mengurungkan niatnya.
"Berdasarkan kondisi kesehatannya, korban sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga korban mengurungkan niat tersebut," lanjutnya.
Baca juga: DPR Desak Polisi Usut Tuntas Dugaan Perundungan di PPDS Undip
Pihak universitas juga terbuka dengan fakta valid di luar hasil investigasi dan siap berkoordinasi dengan pihak manapun.
"Kami sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasi yang telah Undip lakukan,"
"Kami Siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan 'zero bullying' di Fakultas Kedokteran Undip," lanjutnya.
Fakultas Kedokteran (FK) Undip juga telah menerapkan gerakan zero bullying yang dipantau oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Perundungan dan Kekerasan Seksual sejak 1 Agustus 2023 lalu.
Pihak FK dan RSUP Kariadi juga telah melakukan pertemuan dengan Dirjen Yankes dan menyampaikan klarifikasi mengenai hal-hal yang dimaksud.
Undip juga siap berkoordinasi dengan pihak-pihat terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusikan dan melakukan penanganan lebih lanjut.
Kata IDI Jateng
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah turut memberikan tanggapan soal meninggalnya dokter Program Pendidikan Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip).
Koban yang bernama Aulia Risma Lestari ini, meninggal dunia di kosnya.
Ia diduga mengakhiri diri sendiri lantaran tak kuat dengan adanya bullying yang ia terima.
Ketua IDI Jateng, Telogo Wismo, mengatakan pihaknya mendorong polisi untuk mengusut kasus ini.
Selain itu, pihak IDI Jateng meminta PPDS Undip untuk membuat tim tersendiri guna mengevaluasi fisik dan kesehatan mental pada peserta didik.
Ia juga menuturkan, sekolah spesialis itu punya tekanan yang berat.
"Karena sekolah spesialis itu tekanannya luar biasa baik itu tekanan fisik maupun tekanan psikis," tuturnya, dikutip dari TribunJateng.com.
Ia menuturkan, dokter itu berhadapan dengan manusia yang butuh kecepatan dan ketepatan untuk bertindak.
Baca juga: Dampak Penutupan PPDS Anestesi Undip, Dokter Aulia Akhiri Hidup Diduga Alami Perundungan
Dokter juga harus bisa siaga kapanpun, karena pasien tak hanya datang saat pagi dan siang saja.
"Karena sekolah spesialis itu tekanannya luar biasa baik itu tekanan fisik maupun tekanan psikis," tuturnya.
Namun, IDI Jateng tak bisa menjawab soal jam kerja dari PPDS.
"IDI tidak bisa menjawab mungkin Undip yang mempunyai kewenangan untuk menjawab," imbuhnya.
Pihak IDI pun telah membuka ruang aduan. Namun hingga saat ini pihaknya belum ada aduan.
"Jika ada kami akan membantu sehubungan dengan pekerjaan," tuturnya.
Telogo Wismo juga menuturkan, pembekuan program Anestesi PPDS Undip di RSUP Kariadi hanya bersifat sementara.
Program akan kembali dibuka setelah permasalahan selesai.
"Hal ini bertujuan agar segera melayani," tandasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul IDI Jateng Tak Berani Menjawab Soal Jam Kerja Dokter PPDS Undip yang Over
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJateng.com, Rahdyan Trijoko Pamungkas)