Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Buat Laporan ke Polda Jateng, Keluarga Dokter Aulia Serahkan Bukti, Ini Pihak-pihak yang Dilaporkan

Pihak keluarga menyerahkan sejumlah bukti terkait kasus perundungan, intimidasi, dan pemalakan terhadap Dokter Aulia. Laporkan sejumlah pihak.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Buat Laporan ke Polda Jateng, Keluarga Dokter Aulia Serahkan Bukti, Ini Pihak-pihak yang Dilaporkan
Handout/Tribun Jateng
Dokter Program Pendidikan Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), Aulia Risma Lestari (30), ditemukan tewas diduga bunuh diri di kamar kos kawasan Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (14/8/2024). -- Keluarga resmi melapor ke polisi 

TRIBUNNEWS.COM - Nuzmatun Malinah, ibunda mendiang Dokter Aulia Risma Lestari resmi melaporkan kasus kematian putrinya ke Polda Jawa Tengah (Jateng), Rabu (4/9/2024).

Saat melapor, Nuzmatun didampingi oleh kuasa hukum dan Tim Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Polda Jateng pun telah menerima aduan dari Nuzmatun.

Dalam kasus yang menimpa Dokter Aulia, pihak keluarga melaporkan beberapa senior korban.

Laporan ini berkaitan dengan dugaan kasus perundungan, pemerasan, dan intimidasi.

Nuzmatun juga menyerahkan sejumlah bukti dalam aduan tersebut di antaranya bukti chatting WhatsApp, bukti transfer bank, serta rekaman suara korban sebelum meninggal.

Kendati demikian, pihak keluarga enggan membeberkan identitas dari terlapor.

BERITA TERKAIT

Demikian diungkapkan, kuasa hukum keluarga mendiang Dokter Aulia, Misyal Achmad.

"Untuk yang dilaporkan siapa? Kami belum berani sebut nama. Yang jelas laporan terkait pengancaman, intimidasi, pemerasan, dan hal-hal lain," ungkapnya, dilansir TribunJateng.com.

Ia hanya mengatakan, pihak-pihak yang dilaporkan merupakan senior mendiang Dokter Aulia.

Termasuk kepala program studi (prodi) di jurusan yang ditempuh oleh korban.

Baca juga: Ibu Mendiang dr Aulia Risma Lapor Kasus Kematian Anaknya ke Polda Jateng, Ini Kata Polisi

"Terlapor lebih dari satu orang. Semua seniornya. Kami laporkan mereka karena ada pembiaran dan tidak ada penanganan maksimal dari guru (dosen)," jelasnya.

Kuasa hukum dari Kemenkes ini mengatakan, pembiaran itu di antaranya ketika korban mengeluh jam kerja yang overtime atau hampir 24 jam yakni mulai dari pukul 03.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB per harinya.

Menurut Misyal, keluhan korban telah disampaikan melalui ibunya ke pihak kampus yakni Kepala Prodi.

Namun, lanjut Misyal, keluhan tersebut tidak ditanggapi secara serius.

"Keluarga telah memberitahu kepada kepala prodi sejak tahun 2022 tapi tidak ditanggapi. Ibu almarhum telah melaporkan hal itu berkali-kali." urainya.

Diketahui, Dokter Aulia merupakan mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Ia ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024).

Dokter Aulia mengakhiri hidup diduga karena tak kuat mengalami perundungan saat menjalani PPDS Anestesi di Undip.

Menurut sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya, korban diduga mengakhiri hidup dengan menyuntikkan obat bius jenis Roculax ke tubuhnya sendiri.

"Korban diduga melakukan bunuh diri dengan menyuntikkan Roculax di kamar kosnya," katanya kepada TribunJateng.com, Rabu (14/8/2024).

Korban merupakan seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal yang sedang menjalani tugas belajar sebagai peserta PPDS Anestesi Undip.

Tante Dokter Aulia, Vieta mengatakan, keponakannya kerap mendapat tekanan dari senior selama masa pendidikan dokter spesialis.

Bahkan, Dokter Aulia diminta membelikan rokok tengah malam dan menyiapkan makanan untuk senior dengan biaya pribadi.

Belakangan beredar rekaman suara diduga Dokter Aulia saat menjalani PPDS Anestesi di Undip.

Baca juga: 4 Fakta Baru Kematian dr Aulia: Menkes Ungkap Dugaan Pelecehan di PPDS Undip, Junior Juga Dipalak

Rekaman suara itu ditujukan untuk ayahnya, Mohamad Fakhruri (65). Pesan suara itu dikirimkan Dokter Aulia melalui pesan WhatsApp.

Dalam rekaman itu, terdengar suara tangisan Dokter Aulia yang tidak kuat menjalani PPDS.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengaku belum dapat menyimpulkan rekaman yang beredar merupakan suara Dokter Aulia.

Nuzmatun Malinah, Ibunda mendiang dr Aulia Risma Lestari melaporkan kasus kematian anaknya ke Polda Jateng, Rabu (4/9/2024)
Nuzmatun Malinah, Ibunda mendiang dr Aulia Risma Lestari melaporkan kasus kematian anaknya ke Polda Jateng, Rabu (4/9/2024) (tangkap layar)

Menurutnya, proses penyelidikan masih berjalan dan akan diungkap secepatnya.

"Nanti tunggu keterangan Kapolrestabes Semarang (Kombes Irwan Anwar) satu pintu semua ini," ujarnya, Rabu (28/8/2024).

Ada Dugaan Pemalakan

Pihak Kemenkes melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebut ada dugaan pemalakan terhadap Dokter Aulia.

Dokter Aulia diduga dipalak oleh seniornya Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan saat menjalani PPDS Anestasi di Undip.

"Jadi kita sudah ada beberapa hal yang ditemukan oleh tim investigasi seperti misalnya ada permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang sempat dikatakan itu antara 20 sampai 40 juta per bulan."

"Walaupun memang ini masih simpang siur, ada yang menyatakan hanya 6 bulan tapi ada juga yang menyatakan ini setiap tahunnya nanti sesuai dengan kenaikan tingkat akan terjadi pengurangan," tandasnya.

Di sisi lain, pihak Undip membantah adanya pemalakan terhadap Dokter Aulia.

Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Undip, Prof Zainal Muttaqin membenarkan adanya iuran bulanan total Rp 30 juta bagi mahasiswa PPDS Anestesi.

Iuran itu, kata dia, berlaku bagi mahasiswi semester 1.

Namun, menurut Zaenal, yang dialami Dokter Aulia Risma Lesatri yang tewas diduga mengakhiri hidup, bukan termasuk pemalakan.

Baca juga: Janji Undip usai Dugaan Pemalakan Rp 40 Juta ke Dokter Aulia Terungkap: Transparan dalam Investigasi

Katanya, uang itu adalah iuran dari teman-teman seangkatannya, melansir Kompas.com.

Zaenal menjelaskan, Dokter Aulia merupakan penanggungjawab iuran angkatan.

Setelah terkumpul, uang tersebut digunakan untuk biaya makan mahasiswa PPDS Anestesi.

"Si R (Dokter Aulia Risma) kebetulan dia pengelola, penanggung jawab angkatan."

"Dia mengumpulkan uang sebesar Rp 30 juta per bulan dari teman-temannya. Bukan seniornya, tapi untuk makan mereka sendiri," katanya di FK Undip, Senin (2/9/2024).

Iuran hingga puluhan juta rupiah itu menjadi kewajiban mahasiswa semester awal.

Mereka diwajibkan membayar iuran Rp 3 juta per bulan selama 1 semeter.

Kemudian, uang yang terkumpul digunakan untuk biaya makan bersama para tenaga kerja yang bertugas di bidang anestesi.

Untuk semester berikutnya, mereka tidak diwajibkan membayar iuran lagi lantaran sudah ada mahasiswa baru.

Diketahui, penerimaan PPDS Anestesi Undip dibuka setiap semester, bukan setahun.

"Jadi mereka yang semester 1 iuran ada 10 sampai 12 orang. Tiap bulan Rp 3 juta untuk biaya makan 84 orang."

"Itu hanya dilakukan selama 1 semester atau 6 bulan. Satu angkatan, bukan per orang," tandasnya.

Lebih lanjut, Zaenal menjelaskan, uang tersebut digunakan untuk membeli makanan karena dokter residen memiliki jadwal yang padat.

Dia menyatakan, tidak semua tenaga kesehatan anestesi dapat beristirahat di waktu yang sama.

Menurutnya, uang iuran itu dikelola sendiri oleh mahasiswa di satu angkatan.

"Uang itu mereka kelola sendiri kok, bukan dikelola seniornya, atau departemennya, dan itu kesepakatan tiap bagian akan berbeda karena siklus kerja tiap departemen tidak sama."

"Nanti kalau mereka tahun kedua itu tidak lagi, giliran yang tahun pertama, mereka mendapatkan uang yang mereka tabung itu," jelasnya.

Zaenal pun menyayangkan pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyebut iuran itu sebagai pemalakan.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Keluarga dr Aulia Risma Bikin Laporan ke Polda Jateng : Ada Perundungan, Intimidasi dan Pemerasan

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJateng.com/Iwan Arifianto, Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas