Siasat IS Hilangkan Jejak, Ikut Yasinan Sehari Usai Bersama 3 Temannya Rudapaksa dan Bunuh Siswi SMP
IS tega melakukan hal keji itu lantaran merasa sakit hati cintanya ditolak oleh AA.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - AA (14), seorang pelajar SMP di Palembang ditemukan tewas, Minggu (1/9/2024).
Remaja ini tewas setelah menjadi korban rudapaksa dan pembunuhan yang dilakukan oleh empat remaja.
Mirisnya jasad AA ditemukan di TPU Talang Kerikil Palembang.
Diketahui keempat pelaku semuanya masih berstatus di bawah umur.
Baca juga: Kronologi Siswi SMP Tewas di Kuburan Cina Palembang, Sempat Bercanda soal Kematian dengan Teman
Mereka adalah IS (16), AS (12), MZ (13), dan MS (12).
Salah satu di antaranya yakni IS adalah otak pelaku pembunuhan dan rudapaksa.
IS tega melakukan hal keji itu lantaran merasa sakit hati cintanya ditolak oleh AA.
Untuk menutupi aksi kejinya, IS bahkan menyempatkan diri ikut yasinan di rumah duka di hari pertama meninggalnya korban.
IS ikut yasinan setelah mengetahui korban AA meninggal dunia dan viral di medsos (media Sosial.
"Benar usai peristiwa pembunuhan tersebut, tanpa dosa salah pelaku ini IS, datang ikut yasinan di malam pertama," ungkap Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Harryo Sugihartono didampingi Kasat Reskrim AKBP Yunar Hotma Parulian Sirait, saat menggelar perkara ke 4 pelaku, Rabu (4/9/2024).
Kini keempat pelaku tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka dikenakan pasal 76 C junto pasal 80 ayat 3, pasal 76 D Junto Pasal 81, Pasal 76 E Junto Pasal 82 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara atau denda senilai Rp 3 miliar.
Baca juga: Siswi SMP Dirudapaksa dan Dibunuh di Kuburan Cina, Pelaku Bangga Usai Lakukan Aksinya
Sosok Korban
Salah seorang keluarga korban mengatakan AA merupakan anak yang penurut kepada orang tuanya.
"Kalau kemana-mana AA ini sering pamit, sebelum kejadian dia masih nyapu dan ngepel di rumah," kata salah satu keluarg kepada petugas kepolisian.
Uwak korban, Marzuki mengatakan AA semasa hidupnya sehari-hari berjualan balon dan membantu merawat uwaknya yang sedang sakit stroke satu bulan terakhir.
"Uwaknya yang sakit itu juga ikut merasa sedih, karena almarhumah kan ikut merawat baru-baru ini," katanya.
Winarti (39), ibu korban mengatakan dirinya mengetahui kabar meninggalnya sang anak dari keponakannya.
"Sekitar pukul 17.00 WIB, tadi keponakan saya Petik mampir ke rumah mengatakan bahwa Ayu ditemukan sudah meninggal di kuburan Cina," ungkap Winarti sedih.
Winarti kemudian langsung mendatangi lokasi kejadian.
"Dapat kabar itu saya langsung ke kuburan cina pak. Melihat sudah rame polisi dan langsung dibawa ke RS Bhayangkara Palembang," katanya.
Winarti juga tidak menyangka anaknya ditemukan sudah meninggal dunia.
"Tadi siang sekitar pukul 12.00, sempat bertemu pak. Saat saya pulang usai bekerja, namun saat itu kami tidak sempat berbicara dan anak saya pun pergi tidak pamit," ungkapnya.
Baca juga: 4 Terduga Pelaku Pembunuhan Siswi SMP di Palembang Masih di Bawah Umur, Korban Sempat Dirudapaksa
Minta Pelaku Dihukum Setimpal
Keluarga bersyukur pelaku pembunuhan AA sudah diringkus pihak kepolisian.
Keluarga sudah mendapat kabar dari pihak kepolisian soal kepastian pelaku yang sudah ditangkap.
"Kami bersyukur ketika mendengar kabar jika para pelaku yang berjumlah empat orang ditangkap oleh aparat kepolisian," kata uwak korban, Marzuki (55), Rabu (4/9/2024).
Marzuki meminta pelaku diminta dihukum setimpal atas perbuatan mereka telah menghabisi nyawa keponakannya Ayu Andriani.
"Saya minta pelaku dihukum setimpal," kata dia.
Ia juga tak menyangka kalau pelaku ada yang masih di bawah umur, namun berapa pun umur pelaku, ia meminta keadilan atas kasus pembunuhan ini.
Marzuki mengungkapkan kondisi ayah korban, Safarudin, masih sangat terpukul dan kebingungan.
Tak jarang Safarudin terlihat stres dan menangis memikirkan nasib anak sulungnya yang harus bernasib tragis.
"Agak beda sekarang, mudah kepikiran dan masih stres. Ayahnya itu nangis-nangis terus kalau teringat ke anaknya," katanya.
Kronologis Kejadian
Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihartono didampingi Dirkrimum Polda Sumsel Kombes M Anwar Reksowidodo, menjelaskan kronologis kejadian tersebut.
Peristiwa ini berawal adanya pagelaran kuda lumping tidak jauh dari lokasi tersebut.
Keempat tersangka yakni IS (otak pembunuhan), MZ, NZ dan AS. Mereka bertemu AA saat menonton kuda lumping.
"Awalnya ada kuda lumping di kawasan itu lalu N (teman wanita korban), mengajak korban untuk nonton kuda lumping," ungkap Harryo.
Saat itu korban dan N berjanji bertemu di tempat pergelaran kuda lumping.
Lalu korban bertemu dengan 4 pelaku dan salah satunya adalah pelaku IS, remaja yang jatuh hati dengan korban.
Namun diketahui cinta IS terhadap AA bertepuk sebelah tangan, korban menolak cinta IS.
"Usai bertemu disana, kemudian korban diajak ke pembakaran mayat (krematorium) Sapurna. Disanalah pelaku IS dan tiga melakukan penganiayaan terhadap korban, dan rudapaksa," katanya.
IS melakukan penganiayaan dengan cara menyekap korban dengan kedua tangannya sambil merudapaksa korban.
Sedangkan tiga temannya memegangi tangan dan kaki korban. Korban pun kehabisan oksigen dan meninggal dunia.
"Dari tempat tersebut kembali, korban digotong (angkat-red) ke empat pelaku menuju TKP ke dua TPU Talang Kerikil. Disana dengan posisi sudah meninggal korban pun dirudapaksa kembali oleh rekan-rekan pelaku," bebernya.
Pelaku akan Sekolah Filial
Semengtara itu keempat pelaku akan diikutkan sekolah filial selama mengikuti proses hukum.
Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Harryo Sugihartono, Rabu (4/9/2024) malam mengatakan saat ini nasib keempat pelaku ini terantung dari sekolahnya masing-masing.
"Dikeluarkan atau tidaknya si anak itu kebijakan sekolahnya. Yang pasti apabila anak berhadapan dengan hukum, masih bisa mendapatkan hak pendidikan melalui program sekolah filial yang disediakan pemerintah," ujar Harryo.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Palembang untuk menempatkan pelaku di sekolah filial.
"Jadi ketika pelaku ditahan masih bisa mendapatkan pendidikan. Itu akan kami koordinasikan dengan Dinas pendidikan Kota Palembang," katanya.
Keempat pelaku berasal dari sekolah yang berbeda, namun rumahnya saling berdekatan.
"Tersangka IS pelajar SMA. Sedangkan tiga lainnya masih SMP, sekolahnya juga beda-beda, " jelasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Kronologi Pembunuhan Siswi SMP di Palembang, Pelaku IS Murka Cinta Ditolak, Hobi Nonton Film Porno