Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Nur Fatia Azzahra, Calon Polwan Disabilitas yang Curi Perhatian, Tak Minder Meski Di-bully

Seorang calon polwan disabilitas bernama lengkap Nur Fatia Azzahra (21) mencuri perhatian warganet. Berikut sosoknya.

Penulis: Endra Kurniawan
zoom-in Sosok Nur Fatia Azzahra, Calon Polwan Disabilitas yang Curi Perhatian, Tak Minder Meski Di-bully
Kolase Tribunnews.com
Momen Nur Fatia Azzahra, calon Polwan disabilitas saat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas tahun anggaran 2024. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang calon polwan disabilitas bernama lengkap Nur Fatia Azzahra (21) mencuri perhatian warganet.

Nur Fatia menjadi viral setelah foto-foto dirinya tersebar di sejumlah akun Instagram sejak Jumat (20/9/2024).

Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, foto calon polwan disabilitas itu pertama kali diunggah oleh @humas_poldakep.babel.

Akun tersebut membagikan momen saat Nur Fatia mengikuti sekolah polwan (Sepolwan).

Nur Fatia nampak serius mengikuti setiap sesi kegiatan meskipun dengan keterbatasan.

Calon polwan disabilitas itu diketahui memiliki satu tangan yang tidak sempurna.

Tangan kanan Nur Fatia hanya sebatas pergelangan tanpa telapak tangan.

Berita Rekomendasi

Meskipun demikian ia terlihat semangat saat menenteng senjata laras panjang.

Lantas siapa sosok calon polwan disabilitas itu?

Nur Fatia berasal dari Bangka Belitung (Babel).

Ia mengikuti Sepolwan setelah dinyatakan lolos dan memenuhi syarat pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas tahun anggaran 2024.

Baca juga: Siswa Penyandang Disabilitas Ikuti Pelatihan Literasi Hingga Praktik Digitalisasi Marketing

Ayah Nur Fatia, menceritakan kondisi yang menimpa putrinya sudah sejak dari kecil.


"(Dia) merupakan anak tertua dari dua bersaudara. Nur Fatia ini dia dilahirkan tanpa tangan kanan," katanya, dikutip dari video yang diunggah @humas_poldakep.babel.

Ayah Nur Fatia melanjutkan, meskipun dalam kondisi keterbatasan, anaknya itu sudah mandiri sejak kecil.

Ia mampu menjalankan aktivitas sehari-hari dan membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Dia tidak pernah merepotkan kami sebagai orang tua. Dia mandiri" urai ayah Nur Fatia.

Nur Fatia tergolong pintar, ia menempati rangking 10 besar sejak SD hingga tamat SMA.

Perempuan berjilbab ini kemudian melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah.

"Anaknya modalnya teguh, tekun dan nekat serta percaya diri," tambah ayah Nur Fatia. 

Jadi korban bullying

Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Nur Fatia Azzahra (22) seorang tunadaksa dinyatakan lolos dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas.
Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) Nur Fatia Azzahra (22) seorang tunadaksa dinyatakan lolos dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri jalur disabilitas. (Tribunnews.com/Reynas Abdila)

Nur Fatia dalam kesempatannya mengaku jadi korban bullying sejak masih kecil.

Ia hanya bisa meneteskan air matanya karena dianggap berbeda dengan teman-temannya yang lain.

“Waktu SD saya pernah mengalami bullying dikarenakan saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal."

"Saya cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman,” kata dia.

Beruntung Nur Fatia, memiliki orang tua yang selalu memberikan dukungan.

Ayah dan ibunya menjadi support system dengan mendorongnya untuk tidak minder serta malu.

“Ayah dan ibu bilang kalau saya itu istimewa, tidak boleh minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa,” sambung dia.

Baca juga: Sosok M Haikal Fadhillah, Anggota DPRD Pontianak Termuda, Masih 21 Tahun, Punya Utang Rp 472 Juta

Nur Fatia menyampaikan sang ayah kerap mengajaknya ke luar rumah untuk sekadar bermain, hingga mengajarkan soal kemandirian. 

Ayahnya kerap mendorong dirinya untuk berani merantau.

“Dan alhamdulillah selalu dilatih ayah di depan rumah seperti diajak bermain bulu tangkis, diajak main voli."

"Meskipun tidak hebat, tapi akhirnya saya bisa mainnya. Ayah selalu memberikan gambaran terkait perantauan. Ayah bilang, ‘Merantau akan membuat kamu lebih berkembang," lanjut dia.

Nur Fatia mengungkapkan sang ayah pernah mengajaknya dari Bangka merantau ke Jambi. 

Ajaran ayah membuatnya menemukan banyak hal untuk mandiri dan hidup setara meski kondisi fisiknya disabilitas.

“Sejak SMA saya pernah ikut ayah kuliah S2 di Jambi, Unja. Ayah memberikan gambaran soal kehidupan di perantauan."

"Alhamdulillahnya sampai saat ini saya merasa banyak hal yang membuat saya mandiri selama merantau,” terang dia.

Disabilitas bukan pembatas

Nur Fatia pernah terlibat obrolan dengan sang ayah membahas keinginannya ikut sekolah kedinasan.

Ia sempat mempertanyakan kenapa kaum disabilitas tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program tersebut.

Hingga akhirnya, ia memperoleh informasi penerimaan anggota Polri di media sosial.

Tanpa pikir panjang, Ia memutuskan mendaftar karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Baca juga: Mischka Aoki Kembali Raih Prestasi Tingkat Dunia, Juara Rise For The World 2024 Competition

"Motivasi saya salah satunya untuk meningkatkan rasa percaya diri agar. Saya bisa membuktikan bahwa dengan kondisi saya yang kekurangan ini, saya bisa beraktivitas dan beradaptasi di lingkungan pekerjaan kepolisian. Sehingga saya semangat menggapai cita yang saya inginkan," kata Nur Fatia.

Ia tidak lupa berterima kasih kepada jajaran petinggi Polri yang sudah memberinya kesempatan ikut Sepolwan.

"Saya bisa diterima dan saya berharap masuk menjadi anggota kepolisian," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas