Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berdayakan Difabel dan IRT, Nena Collection Produksi Kerajinan Kain, Sukses Naik Kelas Bersama YDBA

Kisah UMKM Nena Collection yang memberdayakan difabel dan IRT, sukses naik kelas berkat pendampingan YDBA. Produknya sudah diekspor hingga Jepang.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Berdayakan Difabel dan IRT, Nena Collection Produksi Kerajinan Kain, Sukses Naik Kelas Bersama YDBA
Tribunnews.com/Sri Juliati
Pemilik UMKM Nena Collection, Erna Zurnimawati. Kisah UMKM Nena Collection yang memberdayakan difabel dan IRT, sukses naik kelas berkait pendampingan dari Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Produknya sudah diekspor hingga Jepang. 

Ia juga terus menjalin hubungan baik dengan customer dan melakukan improvement di setiap proses pembuatan produk.

Oleh karena itu, jika ada orang lain yang menjiplak karyanya, Erna sudah di titik memaklumi.

"Ya tinggal kami bikin lagi yang baru, yang berbeda dari sebelumnya," ucap wanita yang kerap diundang sebagai narasumber pelatihan ini.

Jatuh Bangun Jalankan Usaha

Sejumah produk kerajinan kain yang dibuat Nena Collection
Sejumah produk kerajinan kain yang dibuat Nena Collection. Nena Collection merupakan salah satu UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang kini sukses naik kelas. (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Erna tak menampik, ada masa-masa terpuruk yang pernah dilaluinya selama menjalankan Nena Collection.

Pertama, saat terjadi gempa Yogyakarta pada Sabtu, 27 Mei 2006. Gempa berkekuatan 5,9 skala richter yang terjadi pada pukul 05.53.58 WIB selama 57 detik tersebut merusak rumah sekaligus tempat produksi.

Tak ingin terus berlarut, dua minggu pasca-gempa, Erna memutuskan mengontrak sebuah rumah yang dipakai menjadi tempat produksi untuk sementara waktu.

Ia memanggil para karyawan dan melanjutkan rutinitas seperti saat sebelum gempa.

Berita Rekomendasi

"Saat itu, kami benar-benar mengawali dari nol lagi, persis seperti awal-awal merintis usaha," kisah Erna.

Bahkan untuk membuat produk, Erna menggunakan kain perca yang masih tersisa.

Setahun kemudian hingga 2009, usaha Erna perlahan mulai bangkit seiring mulai diadakannya kembali pameran-pameran.

Masa terpuruk kedua yang dihadapinya adalah saat pandemi yang membuat penjualannya turun tajam.

Namun, Erna sukses membidik celah baru untuk segera bangkit. Ia memproduksi masker yang saat itu dibutuhkan semua kalangan.

Dalam sehari, Erna dan timnya sukses memproduksi 300 lembar masker dengan omzet mencapai Rp 3 juta per hari.

Saat pandemi itu pula, Erna mendapat pesanan 4.000 lembar masker dari 4 kantor cabang BPJS Kesehatan di Jawa Tengah dan DIY.

"Pandemi justru menjadi berkah tertinggi bagi karyawan karena setiap hari kami selalu mendapat order masker. Mereka pun bisa memperoleh gaji di atas UMR," kata dia.

Bagi Erna, situasi terpuruk tak seharusnya mematahkan semangat. Justru ini menjadi motivasi agar segera menemukan solusi.

"Yang ada di pikiran saya adalah para karyawan yang menggantungkan nasibnya di sini. Jangan sampai mereka mengganggur," tambahnya.

Pendampingan dari Astra

Tumpukan rak yang telah ditata nena
Tumpukan rak yang telah ditata rapi dan berisi bahan-bahan kain yang dipakai Nena Collection. Penataan bahan dan barang menjadi salah satu ilmu yang didapat Erna Zurnimawati dalam pelatihan yang digelar YDBA.  (Tribunnews.com/Sri Juliati)

Erna mengaku berjalannya usahanya tak lepas dari pendampingan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk.

Didirikan founder Astra, William Soeryadjaya pada 2 Mei 1980, YDBA fokus membina UMKM sekaligus perwujudan cita-cita Astra 'Sejahtera Bersama Bangsa'.

YDBA juga sebagai bentuk komitmen Astra untuk berperan serta secara aktif dalam membangun bangsa dan berfokus pada program kewirausahaan.

Perkenalan Erna dengan YDBA dimulai pada 2017. Saat itu, Erna membutuhkan pendampingan sekaligus ilmu untuk mengembangkan usahanya.

Setelah menjadi bagian UMKM binaan YDBA, ia mendapat banyak pelatihan mulai dari 5R, ekspor, packaging, laporan keuangan, hingga manajemen keuangan.

Ilmu yang didapat tersebut lantas diaplikasikan Erna dengan pendampingan sepenuhnya dari pihak YDBA

Hasilnya dapat terlihat sekarang. Nena Collection sukses naik kelas dan menjadi salah satu UMKM Mandiri binaan YDBA.

"Dulu, kegiatan pribadi dan usaha masih bercampur di satu ruangan. Jadi sebelum jahit, saya harus ngeluarin motor dulu, karena garasi masih jadi satu dengan tempat produksi. Setelah saya renovasi dan pisahkan, area produksi terlihat lebih bersih, tertata, dan aman," ungkap Erna.

Ada empat area utama di rumah produksi Nena Collection yaitu area pemotongan kain, menjahit, admin, hingga satu ruangan khusus untuk memajang produk.

Pengadaan rak-rak untuk memilih dan menata bahan serta barang jadi juga menjadi langkah Erna untuk mewujudkan efisiensi dalam usahanya.

Lewat penataan tersebut, para karyawan tak perlu repot mencari bahan yang hendak dipakai. Selain itu, memudahkan Erna untuk mendeteksi bahan atau item apa saja yang habis.

Ia juga merekrut 3 karyawan admin yang membantunya untuk membuat laporan keuangan dan manajemen. 

"Dengan sistem yang lebih rapi, kerja menjadi lebih efektif dan efisiensi. Tidak ada lagi pemborosan waktu dan bahan. Kami pun dapat menyelesaikan orderan secara cepat dan tepat waktu yang imbasnya pada keuntungan," kata Erna.

Erna mencatat, pada Juni 2024 atau bertepatan dengan liburan sekolah, omzet Nena Collection mencapai Rp 100 juta dan menjadi omzet tertinggi selama ini.

Ilmu lain dari YDBA yang juga dipraktikkan di usahanya adalah memanfaatkan sisa bahan yang tak terpakai menjadi produk seperti sarung HP, dompet untuk koin, alas gelas, gantungan kunci, boneka, hingga dikombinasikan menjadi tas.

"Kami juga memberlakukan jadwal kebersihan, karyawan dilibatkan untuk memisahkan sisa-sisa kain yang tidak terpakai. Jadi nyaris tidak ada limbah atau sisa bahan yang terbuang percuma," katanya.

Manfaat lain yang didapat Erna setelah bergabung di bawah YDBA adalah kerap diajak mengikuti pameran.

Seperti beberapa waktu, ia diajak untuk memamerkan produk kerajinan kainnya di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan pameran di IKEA.

Menurut Erna, pada saat pameran seperti inilah, ia akan bertemu dengan sejumlah pembeli yang berpotensi menjadi loyal customer-nya.

Terbaru, Nena Collection terpilih mewakili YDBA Yogyakarta di ajang Pameran Dagang Indonesia - Trade Expo Indonesia (TEI) yang digelar Oktober mendatang.

Dengan segala fasilitas yang didapat, Erna berharap, YDBA akan terus mempertahankan sejumlah program pendampingan demi mendorong UMKM agar bisa naik kelas.

Langkah Strategis YDBA terhadap UMKM

Sementara itu, Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo mengatakan, program pembinaan yang diberikan Astra melalui YDBA kepada UMKM binaan, termasuk Nena Collection bersifat sustain, bukan short term/charity.

Untuk mendukung kemandirian UMKM, YDBA juga memberikan program pelatihan dan pendampingan yang bersifat manajemen dan teknis dengan fasilitasi pemasaran dan fasilitasi pembiayaan.

"YDBA juga mendukung bagaimana UMKM dapat memenuhi legalitas yang dibutuhkan UMKM di setiap sektor," kata Rahmat Samulo ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (30/9/2024).

Samulo menjelaskan, hingga tahun 2024, YDBA membina 1.328 UMKM di sektor manufaktur, bengkel R4, pertanian yang bernilai tambah serta kerajinan dan kuliner.

UMKM yang menjadi binaan YDBA tersebar di 19 wilayah se-Indonesia. Di antaranya Cakung, Banyuwangi, Bantul, Solo, Tegal, Banyumas, Salatiga, Banten, Sangatta, Paser Bontang, Manggarai Barat, dan lainnya.

"Sementara di Yogyakarta, saat ini ini terdapat 142 UMKM yang tengah dibina Astra melalui YDBA," tambahnya.

Samulo lantas menguraikan langkah strategis yang dilakukan Astra melalui YDBA untuk UMKM dalam waktu dekat.

Pada tahun depan, YDBA akan membina 1.300 hingga 1.500 UMKM. YDBA pun akan mewadahi UMKM Mandiri binaan Astra dalam sebuah komunitas.

Sejalan dengan semangat Astra melalui YDBA yaitu Semangat Kolaborasi Demi Masa Depan UMKM Indonesia, YDBA senantiasa melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan Grup Astra maupun non Grup Astra.

Melalui kolaborasi, UMKM berkesempatan untuk menjadi bagian dari rantai pasok industri besar. Hal ini dilakukan agar UMKM Indonesia naik kelas dan mandiri sehingga bisa menjadi pohon yang rindang, tempat berteduh bagi banyak orang.

YDBA pun membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM yang ingin menjadi binaannya.

Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Pertama, UMKM tersebut memproduksi produk bukan tradder atau pedagang.

Kedua, merupakan usaha dengan penjualan tahunan kurang dari Rp 2 miliar untuk kelas mikro; Rp 2 miliar-Rp 15 miliar untuk kelas kecil; dan lebih dari Rp 15 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar untuk kelas menengah.

Syarat ketiga, UMKM tersebut terus berjalan minimal telah berjalan selama satu tahun dan memiliki  izin usaha minimal perorangan.

Keempat, UMKM bergerak di bidang usaha manufaktur, bengkel, kerajinan/kuliner, pertanian/perikanan.

Mereka juga harus mengikuti mengikuti pelatihan YDBA minimal satu kali dan melaporkan perkembangan omzet/aset kepada YDBA.

"Untuk mendaftar menjadi binaan, silakan dapat mengirimkan pesan melalui Instagram YDBA di @ydba_astra," ujar Samulo.

Dengan adanya pelatihan dan pendampingan yang diberikan, YDBA berharap, UMKM memiliki mindset dan mentality untuk mau berubah untuk lebih berkembang dan mau berbagi dalam hal apapun, mulai dari knowledge, pasar, dan lainnya.

"UMKM juga diharapkan memiliki komitmen dalam menjalankan bisnis dan menghasilkan produk yang sesuai standar QCD customer dan konsisten menghasilkan produk sesuai permintaan customer/offtaker," kata dia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara HUT ke-44 YDBA, Kamis (2/5/2024) turut memberikan apresiasi atas kontribusi yang dilakukan Astra dalam membina UMKM Indonesia. 

Menurutnya, program pembinaan YDBA begitu efektif dalam meningkatkan kualitas UMKM.

Sri Mulyani juga berterima kasih kepada YDBA yang terus menekuni dan memberdayakan UMKM, baik dalam mendukung dan menyambungkan mereka dengan supply chain maupun meningkatkan inovasi dan kreativitas. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas