DBD Mengancam Pekerja Proyek IKN, Angka Kasus di PPU Meningkat, Tertinggi Kedua di Indonesia
Puluhan pekerja proyek IKN di PPU terkena DBD, angka kasus tertinggi kedua di Indonesia.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Puluhan pekerja proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD).
Saat ini, PPU mencatat angka kasus DBD tertinggi kedua di Indonesia, setelah Kabupaten Gianyar, Bali.
Menurut data dari RSUD Sepaku, pada Jumat (1/11/2024), terdapat empat pasien DBD yang dinyatakan sembuh, sementara sepuluh pasien baru dengan gejala yang sama harus dirawat inap.
Pengalaman Pekerja Terkena DBD
Salah satu pasien, Muhibah (49), asal Sukabumi, Jawa Barat, mengungkapkan pengalamannya saat terjangkit DBD.
Ia mengaku mengalami demam tinggi, lemas, dan muntah selama lima hari sebelum akhirnya dirawat.
"Saya sudah mencoba untuk memaksa makan agar tetap sehat, namun ketika masuk sedikit saja langsung muntah. Badan saya terasa benar-benar lemas," katanya.
Muhibah juga mengungkapkan kesulitan finansial akibat sakitnya.
"Selama dirawat, saya harus beli makanan sendiri. Bukan hanya untuk Fajri yang menunggu saya, tetapi makanan untuk saya sebagai paisen juga harus beli sendiri," tambahnya.
Data Kasus DBD di PPU
Kepala Bagian Pelayanan Penunjang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sepaku, Muhamad Rumadi, menjelaskan, mayoritas pasien DBD adalah pekerja IKN.
Baca juga: China Mendadak Alami Peningkatan Drastis Kasus DBD, Naik 73 Persen Dalam Waktu Seminggu
"Kalau kita hitung-hitung kemarin perbandingannya itu 76 persen pasien pekerja IKN, 24 persen itu masyarakat wilayah Sepaku," ujarnya.
Rumadi juga mencatat adanya peningkatan kasus DBD yang signifikan pada bulan Agustus, dengan 170 pasien terdaftar.
Namun, pada bulan Oktober, jumlah pasien menurun menjadi 93 orang.
Tanggapan Dinas Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, dr. Jaya Mualimin, menyebutkan meskipun kasus DBD meningkat, tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) tetap rendah, yakni 0,18 persen.
"Memang kasus terjangkit DBD meningkat. Tapi CFR-nya hanya 0,18 persen, di bawah 0,5 persen. Artinya penanganannya baik," kata dr. Jaya saat dikonfirmasi Tribunkaltim.co, Jumat.
Menurutnya, peningkatan DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang berkembang biak dengan cepat di musim hujan.
Dinkes Kaltim mencatat,sepanjang tahun 2023, terdapat sekitar 6.000 kasus DBD, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjelang akhir tahun.
Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Puluhan Pekerja Proyek IKN Terkena DBD, Angka Kasus Demam Berdarah di PPU Tertinggi Kedua Nasional
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).