Gunung Lewotobi di Flores Timur Meletus, Biara SSpS dan Asrama Diterjang Batu Besar, Api Berkobar
Pemimpin Biara Asrama Putra St Arnoldus Yansen di Boru, Sr Marieta SSpS ceritakan detik-detik erupi Gunung Lewotobi dan evakuasi.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Sebanyak 9 orang meninggal dunia akibat erupsi gunung api Lewotobi di Flores Timur pada Minggu (3/11/224).
Satu di antaranya Biarawan Katolik SSpS yang adalah pemimpin komunitas SSpS Hokeng, Sr Nikolin Padjo SSpS.
Pemimpin Biara Asrama Putra St Arnoldus Yansen di Boru, Sr Marieta sangat berduka atas meninggalnya Pemimpin komunitas Biara SSpS Hokeng, Sr Nikolin Padjo SSpS.
Menurut Sr Marieta, Sr Nikolin adalah sosok pemimpin yang sangat memperhatikan anggota komunitasnya.
"Beliau itu sangat baik sekali, dan sangat memperhatikan kami anggota komunitas, hal-hal yang kurang selalu ia bantu benahi, " tuturnya.
Pertemuan terakhir Sr Marieta dan Sr Nikolin terjadi pada hari Sabtu lalu.
"Waktu itu beliau mengunjungi asrama putra dan putri untuk melihat atap bangunan asrama yang bocor akibat erupsi sebelumnya, " ungkapnya.
Dalam pertemuan itu, Sr Marieta mengisahkan keduanya berbincang-bincang seperti biasa tanpa ada tanda-tanda lain yang mengindikasikan bahwa kedepannya Sr Nikolin akan menemui ajalnya.
"Tidak ada tanda-tanda, kami hanya mengobrol seperti biasa, " ucapnya.
Evakuasi Tengah Malam
Karena terdampak erupsi Gunung Lewotobi, 70 orang anak asrama binaan biara SSpS dan puluhan suster baik lansia maupun postulan diungsikan.
Pemimpin Biara Asrama Putra St Arnoldus Yansen di Boru, Sr Marieta SSpS menceritakan bahwa para suster dan anak asrama dievakuasi saat tengah malam.
"Sekitar 70 anak asrama putra-putri , 4 suster lansia, 13 suster postulan diungsikan. Sebagian sudah dijemput orang tua sebagian masih menunggu jemputan,"ucapnya.
Namun naasnya pemimpin komunitas SSpS Boru, Sr Nikolin Padjo tak tertolong.