Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anak-anak Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Butuh Bantuan Fasilitas Belajar

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga berdampak pada kegiatan belajar mengajar.

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Sri Juliati
zoom-in Anak-anak Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Butuh Bantuan Fasilitas Belajar
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO
Suasana belajar anak-anak di posko pengungsian di Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT. 

TRIBUNNEWS.COM - Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga berdampak pada kegiatan belajar mengajar.

Banyak pelajar yang kegiatannya diliburkan. Kini, mereka membutuhkan bantuan untuk fasilitas belajar, seperti buku dan alat tulis.

"Fasilitas belum ada, kalau bisa itu siapkan dengan alat tulis, buku tulis, buku-buku literasi supaya kami bagi dengan anak-anak per fase, supaya mereka bisa membaca, menulis dan mewarnai," kata Tarsisia Tobi, guru SD dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura.

Selain itu, banyaknya siswa yang mengungsi, mereka harus berdesak-desakan dalam satu posko yang digunakan untuk tempat belajar.

Mengutip TribunFlores.com, mereka belajar menggunakan buku seadanya yang dipinjamkan oleh sekolah tetangga.

Kini, mereka berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk memperbanyak posko supaya bisa belajar dengan nyaman.

Diwartakan sebelumnya, ribuan orang mengungsi karena erupsi Gunung Lewotobi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berita Rekomendasi

Para pengungsi tersebut juga termasuk para anak yang masih mengenyam bangku sekolah.

Akibat dari bencana ini, mereka pun rindu untuk bisa bersekolah kembali.

Para siswa tersebut kini terpaksa libur karena situasi yang tak mendukung.

Baca juga: Golo Mori Jazz Ditunda karena Erupsi Gunung Lewotobi, Andien dan Tohpati Sebut Demi Keamanan 

Salah satu siswi SMP bernama Chen merasa rindu untuk pergi ke sekolah.

"Kami kami rindu ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman karena di sini sepi," ungkap Chen, Siswi SMPK Sanctissima Trinitas bersama teman-temannya saat disambangi TribunFlores.com.

Chen dan anak-anak lainnya merasa hampa setelah Gunung Lewotobi erupsi.

"Di sini kami hanya diberi tugas, lalu untuk keseharian kami hanya duduk dengan teman-teman saja," ucapnya.

Ia mengaku ingin secepatnya bisa kembali bersekolah karena ia bosan berada di tempat pengungsian.

"Kalau di posko ini kita hanya duduk-duduk saja, dikasih tugas saja," jelasnya lagi.

Diketahui, sekolah tempat Chen menempuh pendidikan tak bisa ditempati lantaran rusak terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi.

Sementara itu, pengungsi lainnya yang merupakan seorang siswi Sekolah Dasar bernama Ovi juga merasakan hal yang sama dengan Chen.

Ovi mengaku bosan karena tak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan di tempat pengungsian.

Untuk belajar pun tak bisa karena kondisi pengungsian yang tak kondusif.

"Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar," ungkapnya. 

Beruntungnya, beberapa hari ini tempatnya mengungsi dikunjungi sejumlah mahasiswa dan aktivis untuk melakukan pembelajaran secara darurat.

"Kami juga ada ketemu kakak-kakak yang datang, kami ada nyanyi-nyanyi, " ungkapnya. 

Meski begitu, ia merasa bahwa suasana di sekolah lebih nyaman ketimbang di pengungsian.

Baca juga: Empat Bandara Masih Tutup Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Ribuan Wisatawan Dievakuasi 

"Hanya mau bagaimana lagi kaka, Gunung masih meletus ini, " ujarnya. 

Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Banyak yang Terserang ISPA

Beberapa hari di pengungsian, ratusan pengungsi mulai terkena beragam penyakit.

Demikian yang disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran.

Ia menuturkan, per Rabu (6/11/2024) ada 232 kasus pengungsi yang terkena serangan penyakit.

Sebanyak 72 di antaranya adalah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Lalu 15 kasus sakit kepala atau cephalgia, 32 kasus hipertensi, dan beberapa penyakit lain.

"Total yang terdata sebanyak 232 kasus," ujar Hironimus, dikutip dari Kompas.com.

Ia menuturkan, pengungsi yang terserang penyakit akan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berada di posko pengungsian.

Jika kondisinya makin parah, maka mereka akan dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.

"Tenaga kesehatan ini dari Puskesmas Boru, Puskesmas Lewolaga, Puskesmas Lato dan Puskesmas Demon Pagong," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Anak-anak Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Butuh Fasilitas Belajar

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunFlores.com, Arnol Welianto)(Kompas.com, Serafinus Sandi Hayon Jehadu)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas