Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Minta Percepatan Pemulihan Tanah Terkontaminasi Minyak di Siak
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofik, meminta percepatan pemulihan 930 hektar tanah.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofik, meminta percepatan pemulihan 930 hektar Tanah Terkontaminasi Minyak (TTM) di 250 titik di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Dirinya meminta pemulihan dilakukan dapat diselesaikan dalam waktu 2 tahun dari saat ini.
Hal ini disampaikan Hanif Faisol dalam kunjungan kerjanya ke Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau.
Dalam kunjungan tersebut, Hanif menekankan pentingnya penyelesaian masalah Tanah Terkontaminasi Minyak yang berasal dari kegiatan eksplorasi minyak.
Saat ini, tanggung jawab pemulihan telah dialihkan kepada Pertamina.
"Pemerintah melalui Pertamina telah mengambil alih upaya pemulihan ini. Saya minta roadmap yang semula ditargetkan selesai pada 2030 dipercepat menjadi 2026," ujar Hanif melalui keterangan tertulis, Senin (25/11/2024).
Ia mengatakan, bahwa proses pemulihan seharusnya dapat dilakukan dengan teknik sederhana, tanpa perlu kajian panjang, mengingat dana yang diperlukan sudah tersedia.
Pemulihan diprioritaskan pada area seluas sekitar 930 hektare yang memerlukan tindakan segera.
"Kami yang akan memberikan rekomendasi untuk percepatan ini, sehingga pemulihannya bisa semakin cepat, karena banyak hal yang akan kita lakukan," katanya.
Selain membahas pemulihan lingkungan, Hanif juga menyoroti perlindungan habitat satwa liar di Tahura Sultan Syarif Hasyim.
Tahura ini menjadi rumah bagi spesies langka seperti gajah, harimau, beruang, dan tapir.
"Binatang-binatang ini adalah kebanggaan Indonesia. Kita harus menjaga wilayah jelajah mereka dengan benar, termasuk menyesuaikan aktivitas manusia, seperti menunda panen jika ada harimau atau gajah di sekitar," jelasnya.
Hanif juga mengkritisi keberadaan perkebunan kelapa sawit yang luas di Riau, mencapai hampir 4 juta hektare.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.