Keluarga Korban Ungkap Kejanggalan soal Kasus Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang
Keluarga GRO, siswa SMK N 4 Semarang, yang meninggal dunia karena ditembak menilai banyak kejanggalan yang dilakukan polisi dalam usut kasus ini.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Sri Juliati
Kemudian, sambung Diah, sekitar pukul 23.30 WIB, GRO ditelepon oleh ayahnya.
Saat ditelepon, GRO mengatakan kepada sang ayah bahwa latihan pencak silatnya sudah selesai.
Akan tetapi, dirinya tak langsung pulang karena makan malam terlebih dahulu bersama teman-temannya.
GRO mengatakan kepada ayahnya sedang menunggu makanan yang dipesan.
"Setelah itu lost contact, ditelepon berdering, tapi tidak diangkat, kita sampai siang masih mencari, ayahnya WA-nan sama saya," jelasnya.
Menurutnya, karena tidak bisa dihubungi, keluarga langsung mencari keberadaan GRO.
"Satu jam sebelum polisi menghubungi, kita masih mencari, terus polisi menghubungi kita pukul 12.27 WIB, disuruh datang ke kamar jenazah RS Kariadi," ujarnya.
DPR Panggil Kapolrestabes Semarang
Buntut peristiwa ini, Komisi III DPR RI berencana memanggil Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Jumat kemarin.
"Kami akan memanggil khusus si Kapolres ini pada kesempatan yang secepat-cepatnya," ucap Habiburokhman.
Ia mengatakan, peristiwa penembakan ini harus menjadi atensi Komisi III DPR.
Pasalnya, kejadian tersebut bisa merusak citra Polri secara keseluruhan.
Selain itu, masyarakat juga meminta agar Komisi III DPR memberi perhatian khusus terhadap peristiwa penembakan tersebut.
"Kenapa perlu kami angkat, karena ini bisa mempengaruhi citra Polri secara keseluruhan, seolah-olah Polri tidak bisa menjaga situasi kondusif padahal kejadiannya itu di Semarang," ucapnya.