Profil AM Thalib, Pejuang Kemerdekaan asal Sumsel, Namanya Diabadikan Sebagai Gedung Korem Palembang
Selain A.M. Thalib, empat gedung lainnya adalah Gedung Abdul Rozak, Gedung H. Barlian, Gedung Bambang Utoyo, dan Gedung Haroen Sohar.
Penulis: Malvyandie Haryadi
AM Thalib lahir di Palembang pada 23 Februari 1922
Ia pada tahun 1939 sudah aktif dalam berbagai organisasi.
Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pemuda Sumber Karisidenan Palembang dan anggota Direksi Koperasi Setia, yang merupakan koperasi terbesar di Palembang.
Pada tahun 1942-1944, ia menjadi redaktur surat kabar Sinar Matahari dan majalah Fajar Menyingsing, yang saat itu gencar menyuarakan pergerakan nasional.
Perjuangan Militer
Pada tahun 1945, AM Thalib diangkat menjadi Kapten TNI dan Kepala Penerangan Tentara Sub Komando Sumatra Selatan (SUBKOSS).
Ia terlibat aktif dalam berbagai tugas militer, termasuk sebagai Kepala Seksi Mobilisasi Divisi Garuda Sumatra Selatan.
AM Thalib juga meraih beberapa penghargaan, termasuk tiga bintang jasa atas dedikasinya dalam perjuangan.
Pada tahun 1949, Belanda melancarkan agresi militer di Sumatra Selatan.
AM Thalib, yang saat itu menjabat Kepala Penerangan Gubernur Militer, memainkan peran penting dalam strategi perlawanan.
Ia memimpin upaya bumi hangus untuk menghancurkan fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh Belanda.
AM Thalib berhasil menginformasikan kepada dunia tentang agresi ini, yang berujung pada desakan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk tindakan Belanda.
Hasilnya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata dan pemulihan pemerintahan Indonesia.
Setelah mengundurkan diri dari militer pada tahun 1950, AM Thalib tetap aktif dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.