Cerita WNI Bekerja di Rumah Panglima Perang Suriah Saat Konflik Meletus, Ungkap Majikan Jadi Target
Ita Fitriani (38), Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengaku bekerja di rumah Suhayl Al Hasan, panglima perang Suriah di pemerintahan Bashar Al-Assad.
Editor: Adi Suhendi
Lebih lanjut Ita menyebutkan, letak lokasi konflik dengan tempatnya bekerja sebenarnya tidak terlalu dekat.
Tetapi getaran bom terasa sangat keras.
Suasana begitu terasa mencekam karena majikannya mayor jenderal Suheyl Al Hasan juga melempar ke arah pemberontak untuk melindungi presiden.
Hal tersebut membuatnya semakin trauma.
Ita mengatakan, ia bersama teman-temannya benar-benar dalam kondisi trauma karena mau melangkah ataupun di luar rumah, ledakan bom dan suara tembakan terasa begitu keras.
"Kita mau keluar takut ada bom atau peluru nyasar atau bagaimana. Tapi Alhamdulillah akhirnya bisa keluar," beber Ita.
Ita mengaku bisa ditempatkan di Suriah karena salah dilempar oleh agensi padahal Suriah bukan termasuk negara penempatan yang dibolehkan pemerintah Indonesia.
Ia mengaku awalnya dijanjikan bekerja di Dubai atau Turki oleh sponsor.
Namun hanya dua bulan di negara tersebut justru dilempar ke negara yang dilanda konflik.
"Saya awalnya masuk tahun 2020 di Dubai hanya sebentar di sana kemudian dilempar ke Suriah. Sudah 5 tahun di sana (Suriah). Soal gaji kami ada yang lancar ada yang tidak bahkan tidak digaji sama sekali, kalau Saya Alhamdulillah lancar," jelas Ita.
Diketahui sebanyak 8 PMI asal NTB berhasil dipulangkan dari Suriah.
Mereka tiba di Bandara Lombok, Minggu (15/12/2024) pukul 15.45 WITA.
Delapan WNI tersebut didominasi dari Kabupaten Sumbawa sebanyak 4 orang yaitu Ely Lestari, Sri Mulyanti, Emi Gustiani, dan Hawiyah Muhamad.
Sisanya berasal dari daerah lain, di antaranya Ita Fitriani dari Dompu, Imran BT Salahuddin Mansur dari Bima, Kartini Galis Tirah dari Lombok Tengah, dan Hulsin Amaq Harisin Musim dari Lombok Timur.