Dosen, Mahasiswa hingga Alumni UI Kompak Bantu Tekan Angka Stunting Warga Baduy Lewat Saung Gizi
Lewat Saung Gizi yang berada sekitar 500 meter dari Terminal Ciboleger ini, bisa memudahkan pengunjung untuk menyimpan makanan bergizi tanpa harus
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komunitas pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali melanjutkan program untuk mengatasi permasalahan stunting warga suku Baduy di Lebak, Banten.
Program yang telah memasuki tahun kedua ini berfokus pada pemberian makanan bergizi bagi anak-anak yang mengalami stunting.
Pada tahun pertama, tim pengabdian yang beranggotakan Prof. Dr. drg. Wahyu Sulistiadi, MARS; drg. Sri Rahayu, M.Kes., Ph.D; Randi Irmayanto, SKM., MKM; Abraham Theodore; dan Suci Pascaramadhani menginisiasi gerakan Sumbang Gizi.
Melalui gerakan ini, pengunjung yang datang ke Baduy diajak untuk membawa makanan sehat guna membantu mengatasi stunting di kawasan tersebut.
Memasuki tahun kedua, tim pengabdian yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan alumni FKM UI bekerja sama dengan Lembaga Adat Baduy untuk mendirikan Saung Gizi.
Saung ini bertujuan memfasilitasi gerakan Sumbang Gizi agar menjadi lebih efektif.
Lewat Saung Gizi yang berada sekitar 500 meter dari Terminal Ciboleger ini, bisa memudahkan pengunjung untuk menyimpan makanan bergizi tanpa harus langsung menuju kampung-kampung di pedalaman.
Diketahui, Terminal Ciboleger di Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, merupakan salah satu gerbang untuk menuju lokasi pemukiman Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam.
Baca juga: Update Banjir Ponorogo akibat Hujan dan Tanggul Jebol: Ratusan Warga Mengungsi, Telan 2 Korban Jiwa
Makanan yang disimpan di Saung Gizi kemudian akan diantarkan oleh warga Baduy ke kampung-kampung yang membutuhkan.
Dengan adanya fasilitas ini, akses pemberian bantuan makanan menjadi lebih praktis dan efisien.
Program Sumbang Gizi dan fasilitas Saung Gizi bukan hanya milik Universitas Indonesia, tetapi merupakan tanggung jawab bersama.
Pemerintah, Lembaga Adat Baduy, pengunjung, dan pihak swasta diharapkan dapat bekerja sama untuk melanjutkan dan mengembangkan program ini.
"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melanjutkan kegiatan ini. Dengan kerja sama yang berkelanjutan, diharapkan permasalahan stunting di Baduy dapat teratasi dalam beberapa tahun ke depan," ujar salah satu anggota tim pengabdian.
Program ini menjadi bukti kolaborasi lintas sektor dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat, terutama dalam mengatasi isu kesehatan yang mendesak seperti stunting.
Baca juga: Prabowo: Dengan Makan Bergizi untuk Anak, Rp 8 M Beredar per Desa per Tahun
Sekadar informasi, prevalensi balita stunting di Kabupaten Lebak, Banten, termasuk di pemukiman Baduy, pada Agustus 2024, sebesar 3,69 persen. Pada April 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Lebak, termasuk di pemukiman Badui, tercatat 3.734 atau 3,38 persen.
Prevalensi stunting merupakan persentase jumlah balita di suatu populasi yang mengalami stunting dalam pertumbuhan fisiknya. Prevalensi balita stunting digunakan sebagai indikator untuk menilai masalah gizi pada kelompok balita di suatu wilayah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.