TKW asal Jember Diduga Alami Malpraktik usai Operasi Bisul di Singapura, Tangan-Kaki Menghitam
Nasib pilu dialami oleh Rini, TKW asal Jember lantaran tangan dan kakinya menghitam setelah menjalani operasi bisul di Singapura.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Salma Fenty
TRIBUNNEWS.COM - Nasib nahas dialami tenaga kerja wanita (TKW) asal Jember, Jawa Timur bernama Septia Kurnia Rini (38).
Dia diduga menjadi korban malpraktik setelah menjalani operasi bisul di Singapura.
Dikutip dari Surya.co.id, mulanya Rini merasakan bisul yang berada di bagian pahanya.
Lalu, dia mengaku mengalami nyeri selama empat hari dan membuatnya meminta obat penghilang rasa nyeri kepada majikannya saat masih kerja di Singapura.
"Karena saya gak tahan sakitnya, lalu saya dikasih obat sama majikan. Tetapi setelah minum satu tablet tidak ada efek sama sekali dan masih terasa sakit," ucapnya, dikutip pada Selasa (24/12/2024).
Namun, obat tersebut tidak kunjung membuat bisul yang diderita Rini hilang.
Akhirnya, dia disarankan untuk berobat di salah satu rumah sakit di Singapura dan menjalani operasi karena bisul yang dideritanya dianggap sudah parah.
"Setelah minum obat dan mengoleskan salep, ternyata tidak ada perubahan sama sekali. Akhirnya saya periksa di Sengkang Hospital, di sana saya diminta operasi karena kata dokter infeksi bisulnya cukup parah," jelas Rini.
Baca juga: Tak Dikirimi Uang Istrinya yang TKW, Pria Cianjur Siksa Tiga Anak dan Merekamnya
Usai menjalani operasi, Rini mengalami koma sembilan hari. Pada momen itulah, tangan dan kakinya tiba-tiba menghitam.
"Setelah operasi saya tidak sadar, saya koma selama 9 hari. Begitu bangun dari koma, tangan dan kaki saya hitam semua sampai mata kaki," tuturnya.
Dia mengungkapkan saat terbangun dari komanya, kondisi tangan dan kakinya sudah terbungkus kain.
Selain itu, tubuhnya juga terikat di ranjang rumah sakit.
Ketika kain yang membalut tangan dan kakinya, Rini kaget karena dalam kondisi menghitam.
Namun, pihak rumah sakit pun tidak menjelaskan penyebab dari kondisi tangan dan kakinya tersebut.
"Begitu dibuka kain itu, tangan dan kaki saya hitam semua dan tidak ada penjelasan dari dokter kenapa kok tangan dan kaki saya hitam," ucap Rini.
Setelah mengalami kondisi seperti itu, Rini dibawa ke rumah sakit di Batam, Kepulauan Riau selama tujuh hari.
Pada momen itu pula, dia juga meminta agar dipulangkan ke kampung halamannya di Perumahan Taman Gading, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember.
"Setelah saya di Batam, saya minta bantuan KBRI agar dipulangkan di Jember. Saya tiba di Jember pada 28 Oktober 2024. Setelah itu saya tidak ada komunikasi dengan majikan," terangnya.
Di sisi lain, Rini mengaku majikannya di Singapura justru meminta uang sebesar Rp 500 juta untuk biaya perawatannya.
Padahal, menurutnya, memang selaku majikan menanggung biaya perawatannya.
"Justru pihak majikan sering menelepon ke keluarga saya di Jember meminta sejumlah uang, untuk biaya pengobatan saya selama di Sengkang Singapura sebesar Rp500 juta.
"Kan aneh ya, seharusnya itu tanggung jawab majikan," tuturnya.
Rini PMI Ilegal, Pemerintah Tak Bisa Berbuat Banyak
Terkait yang dialami Rini, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding mengaku pihaknya tida bisa berbuat banyak.
Pasalnya, Rini masuk sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal.
"Berangkatnya non prosedural, dan tanggung jawab pihak agensi dan majikan kalau saya dengarkan hampir tidak ada.
Hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat," kata Karding.
Mengingat, kata Karding, kalau pekerja berangkat non prosedural pasti data mereka tidak termonitor pemerintah.
Otomatis proses advokasinya juga sulit karena tidak ada dokumen sebagai pembanding.
"Setelah saya cek kepada yang bersangkutan, nomor polisinya juga tidak ada, tidak bisa kami melacaknya, apalagi ini prosesnya langsung ke perorangan. Harusnya kan lewat perusahaan, nanti perusahaan yang serahkan ke majikan," bebernya.
Meski demikian, Karding akan berkoordinasi dengan Pemkab Jember dan Rumah Sakit Bina Sehat untuk pengobatan penyakit TKW ini.
"Karena saya bukan orang medis. Kami nanti akan koordinasi dengan pemda, untuk mengobati pekerja migran ini," imbuhnya
Peluang Sembuh Rini Kecil
Masih dikutip dari Surya.co.id, kondisi yang dialami Rini ini akibat kematian sel (nekrosis).
Hal ini disampaikan oleh Direktur Rumah Sakit Bina Sehat Jember, Faida.
Dia menjelaskan nekrosis terjadi karena adanya infeksi yang belum sembuh sepenuhnya setelah operasi.
"Infeksi yang belum selesai saat operasi tersebut berdampak pada jari-jari tangan dan kaki pasien, menyebabkan nekrotik atau kematian sel," ungkapnya.
Sebagai informasi, RS Bina Sehat Jember adalah tempat perawatan Rini setelah pulang dari Singapura.
Faida mengatakan, untuk saat ini, kondisi tangan dan kaki sudah mulai membaik.
"Kami melihat kondisinya sudah membaik dibanding saat pertama kali datang. Awalnya, menghitamnya sampai pergelangan tangan dan kaki, tapi sekarang hanya pada jari-jari saja," kata dr. Faida.
Terkait kesembuhan Rini, Faida menuturkan peluang itu tidak sepenuhnya bisa terjadi dan mengembalikan kondisi seperti semula.
Dia menuturkan setidaknya rasa nyeri yang dialami Rini dapat berkurang.
"Target kami adalah agar pasien tidak merasakan nyeri sepanjang hari, dan jari-jari tangannya bisa dilatih hingga tidak terasa nyeri dan kembali lentur," tambahnya
Sebagian artikel telah tayang di Surya.co.id dengan judul "TKW Jember Diduga Korban Malapraktik di Singapura, Kaki Tangan Menghitam Malah Dimintai Rp 500 Juta"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Surya.co.id/Imam Nahwawi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.