Pakai Data Curian dari AS, China Kini Bisa Produksi Pesawat Pengebom Berhulu Nuklir
Proyek H-20 dirancang langsung oleh lembaga pengembangan dan penelitian pesawat tempur China, Shanghai Aircraft Design and Research Institute.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya militer China, khususnya Angkatan Udara China (PLAAF) meraih superioritas udara di kawasan Pasifik dan Timur Jauh terus digenjot.
China yang sedang mengincar perairan di Laut China Selatan (LCS) makin menyiapkan diri untuk menghadapi para rivalnya seperti Jepang, Taiwan, AS, dan lainnya.
Kendati telah berhasil memproduksi sejumlah pesawat tempur canggih seperti jet tempur generasi kelima Chengdu J-20, pesawat pembom nuklir berteknologi stealth Xian H-8, dan pembom strategis jarak jauh Xian H-6, PLAAF masih menggarap satu lagi pesawat pembom strategis berteknologi stealth yang bisa mencapai daratan AS, H-20.
Pembom canggih yang bisa membawa nuklir dan memiliki kecepatan hipersonik ini digarap sejak tahun 2008. Pesawat itu dijadwalkan bisa operasional pada tahun 2025 mendatang.
Proyek H-20 dirancang langsung oleh lembaga pengembangan dan penelitian pesawat tempur China, Shanghai Aircraft Design and Research Institute.
Lembaga itu bertanggung jawab atas pengembangan teknologi stealth yang lebih maju dari pesawat sebelumnya, Xian H-8.
Program dan pengembangan H-20 dilakukan secara “licik” oleh China. Sebab, konsepnya berdasar data curian dari seorang bernama Noshir Gowadia, ahli perancang pesawat mesin tempur berteknologi stealth yang pernah bekerja di Northop Grumman, AS.
Gowadia yang merupakan warga AS keturunan India juga dikenal sebagai salah satu perancang pesawat pembom siluman B-2 Spirit. Ia berhasil dibujuk oleh China sebagai agen mata-matanya.
Atas tindakan menjual informasi teknologi mutakhir yang memiliki kerahasian tinggi itu, pengadilan AS menjatuhkan hukuman 32 tahun kepada Gowadia di tahun 2011.
Berkat informasi yang ia berikan, program penggarapan yang dilaksanakan oleh industri pesawat China Xian Aircraft Industrila Corporation, proyek H-20 langsung mengalami kemajuan pesat.
Secara fisik dan teknologi, pembom stealth H-20 memiliki kemiripan dengan B-2 Spirit. Badannya berbentuk seperti sayap terbang (flying wing).
Sebagai bomber yang dijagokan untuk berkiprah di atas LCS, H-20 bisa terbang sejauh 8.000 km tanpa mengisi ulang bahan bakar sambil membawa persenjataan seberat 10 ton.
Dengan kemampuan itu, H-20 bisa dengan leluasa terbang ke arah utara menuju Jepang, Bonin, dan Kepulauan Mariana.
Sedangkan jika terbang ke arah selatan, H-20 bisa terbang di atas Carolina dan Indonesia.
Penulis: A Winardi