Mahasiswi IPB Produksi Pembalut Wanita dari Pati Singkong
Ide ini berangkat dari kegelisahan Ni Made Urianti dan teman-temannya, dimana tidak ada produk serupa yang ramah lingkungan di pasaran.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Lingkungan berubah seiring perkembangan zaman, begitu juga penggunaan berbagai keperluan manusia yang didominasi oleh bahan plastik.
Penggunaan plastik ini membawa masalah baru, yakni lamanya bahan plastik terurai di lingkungan dan pembuangan plastik yang dilakukan dengan tidak benar menyebabkan plastik tidak bisa didaur ulang.
Berbagai agenda mendukung lingkungan telah dipromosikan oleh sejumlah pihak untuk mengurangi penggunaan plastik masyarakat.
Salah satu penggunaan plastik yang terus-menerus terjadi juga pada industri produk kewanitaan seperti pembalut.
Pembalut sebagai barang ekonomi merupakan benda yang permintaannya selalu kontinyu dari waktu ke waktu.
Penggunaan plastik pada produk ini memiliki masalah yang sama seperti produk plastik lainnya yaitu sulitnya terurai di lingkungan.
Berangkat dari masalah tersebut, sekelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Kreativitas Mahasiswa - Kewirausahaan (PKM-K) menggagas bisnis pembalut ramah lingkungan.
Mereka adalah Ni Made Surianti, Sang Ayu Made Arisasmita, Ida Ayu Indah Wedaswari, dan Ni Komang Yastri Anasuyari.
Ide ini berangkat dari kegelisahan Ni Made Urianti dan teman-temannya, dimana tidak ada produk serupa yang ramah lingkungan di pasaran.
Berniat ingin mengurangi produksi sampah plastik, ia beserta tim menggunakan plastik mudah terurai dari bahan pati singkong yang telah ada sebagai bahan pembuatan pembalut wanita.
"Penggunaan plastik dari pati singkong tersebut dimaksudkan agar pembalut yang telah dipakai dapat cepat diurai di lingkungan dan mengurangi volume sampah," ujar Ni Made Urianti.
Dikemas dengan kotak berdesain menarik bagi kaum wanita, produk yang diberi label Ultra Sanitary Napkins Organic (U-Torc) ini juga memberikan kantong kecil untuk menyimpan pembalut saat dibawa ke luar rumah.
U-Torc dipasarkan dengan harga Rp 30 ribu per kotak berisi delapan lembar pembalut. Saat ini U-Torc telah dikirim ke berbagai daerah seperti Bogor, Tangerang, Bali, dan Lombok.
Proses produksi U-Torc dilakukan di rumah produksi di daerah Dramaga, Bogor.
Pengondisian area produksi pun dilakukan demi menjamin kebersihan tempat produksi. Proses produksi dilakukan secara manual oleh tim U-Torc.
Pengembangan produksi dapat dilakukan, sehingga U-Torc menjadi produk bisnis ramah lingkungan yang menjadi salah satu jawaban atas permasalahan sampah yang ada.
Nah, penasaran ingin mencoba pembalut ramah lingkungan ini?