Bahaya Perkawinan Sedarah Sudah Dipahami Manusia Prasejarah, Penelitian Ini Membongkarnya
Manusia prasejarah ternyata sudah memiliki pengetahuan akan bahaya perkawinan sedarah.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Manusia prasejarah ternyata sudah memiliki pengetahuan akan bahaya perkawinan sedarah.
Sebuah penelitian mengungkapkan bagaimana nenek moyang kita 34.000 tahun yang lalu mengembangkan jaringan sosial dan perkawinan yang canggih, dan dengan sengaja mencari pasangan di luar keluarga mereka.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini meneliti informasi genetik dari sisa-sisa manusia modern yang hidup selama masa periode Palaeolitik Atas, sebuah periode ketika manusia modern dari Afrika pertama kali menjelajah Eurasia barat.
Hasil menunjukkan jika orang pada masa itu dengan sengaja mencari pasangan di luar keluarga dekat mereka, dan mungkin terhubung ke jaringan kelompok yang lebih luas dari tempat pasangan yang dipilih agar tidak terjadi perkawinan sedarah.
Peneliti dari Universitas Cambridge dan Universitas Kopenhagen meneliti sisa dari empat manusia modern yang berasal dari Sunghir, sebuah situs Palaeolitik Atas di Rusia.
Makam terdiri dari satu laki-laki dewasa, dua orang muda, dan sisa-sisa satu orang dewasa yang tidak lengkap, serta barang-barang pemakaman. Orang-orang tersebut tampaknya hidup dan dimakamkan bersama.
Namun, yang mengejutkan adalah semua individu tidak terkait secara genetik. Paling dekat pun, mereka hanya sepupu kedua. Hal ini juga terjadi dengan dua anak-anak yang dikuburkan di makam yang sama.
"Ini bertentangan dengan perkiraan banyak orang. Saya pikir banyak periset berasumsi jika orang-orang Sunghir sangat dekat hubungannya," kata Dr Eske Willerslev, peneliti yang terlibat seperti dikutip dari Phys.org, Kamis (5/10/2017).
Benda-benda dan perhiasan yang dikuburkan bersama jenazah menunjukkan bahwa mereka mungkin telah mengembangkan peraturan, upacara dan ritual untuk perkawinan di antara kelompok yang mungkin menyerupai perayaan perkawinan modern.
Peneliti percaya bahwa ornamen mungkin telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara kelompok manusia purba, untuk mengidentifikasi siapa yang harus dikawinkan dan siapa yang harus dihindari sebagai pasangan.
"Hiasan itu luar biasa dan tidak ada bukti serupa dengan Neanderthal maupun manusia purba lainnya," ujar Willerslev.
"Apa ini berarti bahwa manusia yang hidup di masa Palaeolitik Atas, yang tinggal di sebuah kelompok kecil, sudah memahami pentingnya mengindari perkawinan sedarah," katanya.
Sebagai perbandingan, hasil penelitian genomik dari manusia Neanderthal dari Pegunungan Altai yang hidup sekitar 50.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa mereka tidak menghindari perkawinan sedarah.
"Kami tidak tahu mengapa kelompok manusia Neanderthal Altai melakukan perkawinan sedarah," kata Profesor Martin Sikora, peneliti dari Universitas Kopenhagen.
"Mungkin mereka terisolasi dan itu satu-satunya pilihan atau mereka benar-benar gagal mengembangkan hubungan antar kelompok lain," tambahnya.
Bukti ini bisa jadi penjelasan mengapa manusia modern terbukti lebih berhasil bertahan hidup daripada spesies lain.