Roket Elon Musk Terbang ke Langit Menggendong Teleskop Berburu Planet Luar Tatasurya
Satelit seharga US$ 337 juta dan dibangun selama dua tahun ini bertugas memperkaya katalog yang berisi exoplanet
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, FLORIDA - Sebuah Roket Falcon 9 meluncur dari Florida, Rabu (18 April 2018). Peluncuran ini merupakan orderan sains prioritas tinggi pertama SpaceX dari NASA. Roket membawa teleskop orbital yang dirancang untuk mendeteksi dunia di luar tata surya kita yang mungkin memiliki kehidupan.
Satelit bernama TESS ini terangkut roket dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral, setelah terpaksa tertunda dua hari gara-gara kesalahan teknis dalam sistem kontrol panduan roket.
Beberapa menit setelah peluncuran, roket pendorong utama terpisah dari bagian atas roket dan terbang kembali ke Bumi untuk mendarat sukses di sebuah kapal pendaratan tak berawak yang mengapung di Atlantik.
Sementara itu satelit astrofisika terbaru NASA tadi terus melambung ke orbit.
Satelit seharga US$ 337 juta dan dibangun selama dua tahun ini bertugas memperkaya katalog yang berisi exoplanet: planet-planet yang mengelilingi bintang nan jauh.
Peluncuran kemarin merupakan tonggak penting bagi Space Exploration Technologies (SpaceX) perusahaan peluncuran roket swasta yang dimiliki oleh pengusaha miliarder Elon Musk.
Perusahaan yang berbasis di California ini telah meluncurkan misi kargo dan angkutan lain untuk NASA sebelumnya. Namun, mengangkut TESS menandai kemajuan di bawah sertifikasi khusus yang telah diperoleh SpaceX untuk membawa salah satu instrumen sains prioritas tertinggi NASA.
TESS dirancang untuk melanjutkan karya pendahulunya, teleskop ruang angkasa Kepler, yang telah menemukan sebagian besar dari 3.700 exoplanet yang didokumentasikan selama 20 tahun terakhir. Kepler telah kehabisan bahan bakar.
NASA berharap mampu mengidentifikasi ribuan planet yang sebelumnya tidak diketahui. Mungkin ratusan dari mereka seukuran Bumi atau berukuran "Bumi super" alias tidak lebih besar dari dua kali ukuran planet rumah kita.
Planet-planet semacam itulah yang diyakini paling mungkin memiliki permukaan keras atau lautan.
Hanya planet semacam itu yang cocok sebagai kandidat terbaik bagi kehidupan untuk berevolusi.
Para ilmuwan berharap TESS pada akhirnya akan menambahkan ke dalam katalog setidaknya 100 planet di luar tata surya untuk studi lebih lanjut.
"TESS akan secara dramatis meningkatkan jumlah planet yang harus kami pelajari," kata peneliti utama TESS George Ricker dari Massachusetts Institute of Technology kepada wartawan dalam briefing pra-peluncuran pada hari Minggu.
Kira-kira seukuran kulkas dengan sayap panel surya dan empat kamera khusus, TESS akan butuh waktu sekitar 60 hari untuk mencapai orbit yang sangat elips antara Bumi dan bulan, dan memulai pengamatannya.