Selain Udang Vaname, Teknologi Ini Cocok untuk Budidaya Abalon dan Teripang
Teknologi Microbubble untuk budidaya udang vaname ultra intensif akan diujicoba Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Januari
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi Microbubble untuk budidaya udang vaname ultra intensif akan diujicoba Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Januari mendatang.
Namun ternyata penemuan tersebut tidak hanya bisa diterapkan untuk budidaya udang saja, karena ada beberapa biota laut yang memungkinkan untuk pembudidayaan menggunakan teknologi itu.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja mengatakan awalnya udang vaname memang dikenal sebagai komoditas berskala industri yang menjadi prioritas para pembudidaya.
Namun, munculnya Microbubble memang sengaja bertujuan untuk mengubah pandangan tersebut, karena teknologi itu membuktikan bahwa budidaya udang vaname juga bisa dilakukan untuk skala rumah tangga.
Termasuk digunakan untuk beberapa biota laut yang memiliki kecenderungan pergerakan mirip vaname.
Baca: KKP Luncurkan Teknologi Baru untuk Budidaya Udang Vaname
"Teknologi ini untuk memindahkan orientasi kita tentang udang vaname yang awalnya dikenal sebagai komoditas dengan skala industri," ujar Sjarief, di Laboratorium Kelautan IPB, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (26/12/2018).
Ia kemudian menegaskan, pihaknya akan mendorong upaya pembudidayaan udang vaname untuk skala 'rumahan'.
"Kita akan dorong vaname ini bisa menjadi komoditas yang berskala rumah tangga," tegas Sjarief.
Budidaya skala rumahan tentunya terbatas pada biaya dan memiliki lahan yang cenderung tidak luas.
Oleh karena itu, teknologi microbubble memiliki penerapan yang sederhana dan sejak awal memang dirancang khusus untuk para pembudidaya skala kecil agar udang yang dihasilkan tetap melimpah, namun dengan biaya yang irit dan lahan yang sempit.
"Kalau kita bicara skala rumah tangga, tentu saja komposisinya harus mengandung skala ekonomis, biayanya murah, menghasilkan banyak, bisa dikelola dengan lahan yang terbatas," kata Sjarief.
Kendati demikian, teknologi tersebut tidak bisa digunakan untuk budidaya ikan, karena microbubble hanya bisa diterapkan pada media seperti bak atau kolam yang cukup sempit.
Sehingga tentunya wadah semacam itu tidak memungkinkan ikan untuk leluasa bergerak.
"Kalau kita berpikir untuk komoditas lain, mungkin saja, cuma kalau misalkan bandeng saya rasa tidak (bisa) ya, karena ukuran bak nya kan kecil dan tidak pergerakan yang besar," papar Sjarief.
Sjarief pun menyebut sejumlah biota yang bisa dibudidayakan menggunakan microbubble, seperti udang windu, abalon atau teripang.
Karena biota laut itu bukan jenis hewan yang aktif bergerak seperti ikan pada umumnya.
"Bandeng kan dia perlu berenang, jadi rasanya yang paling cocok itu udang, apa itu (mungkin) vaname, monodon ya udang windu, atau skala seperti sekarang abalon itu bisa, teripang itu bisa, kita dorong ke arah sana, (biota) yang pergerakannya tidak terlalu massive," pungkas Sjarief.