Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta Temuan Ikan Oarfish sebagai Pertanda Gempa, Begini Kaitannya dengan Teori Oseanografi

Temuan ikan oar di Selasar, Sulsel pertanda gempa dibantah teori Oseanografi yang disampaikan Daryono, Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Fakta Temuan Ikan Oarfish sebagai Pertanda Gempa, Begini Kaitannya dengan Teori Oseanografi
Instagram/makassar_iinfo
Ditemukan ikan oar yang mitosnya sebagai pertanda gempa bumi di Selasar, Sulsel. 

TRIBUNNEWS.COM - Temuan ikan oar atau oarfish di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan menjadi viral di media sosial.

Dalam foto dan video yang tersebar di sosmed, ikan tersebut ditemukan dengan panjang lebih dari 3 meter.

Warna dan corak dari ikan oar pun beragam seperti bintik hijau dan hitam serta merah pada siripnya.

Ikan yang nampak bersisik putih dan merah itu adalah ikan legenda di Jepang.

Pasalnya ikan oar digadang-gadang sebagai pertanda gempa yang dahsyat.

Atas kabar itu, Tribunnews.com menghubungi Daryono, Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG untuk mengetahui kebenarannya.

Daryono menegaskan kemunculan ikan oarfish di Selayar, tidak berarti akan terjadi gempa.

Berita Rekomendasi

"Hasil kajian statistik terbaru mengungkap bahwa jenis ikan laut dalam seperti oarfish yang muncul di perairan dangkal tidak berarti bahwa gempa akan segera terjadi," ungkapnya pada Senin (9/12/2019).

Daryono pun memberikan penjelasan sesuai majalah ilmiah yang pernah mempublikasikan hal tersebut.

"Majalah ilmiah bergengsi Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA) pernah mempublikasikan fenomena kemunculan ikan laut dalam dan kaitannya dengan peristiwa gempa besar. Hasil kajian ini ternyata bertentangan dengan cerita rakyat yang berkembang Jepang," tuturnya.

Dalam majalah tersebut, para peneliti mengkaji hubungan antara kemunculan ikan laut dalam dan gempa besar di Jepang menggunakan data cukup lama.

Dari kajian itu, hanya menemukan satu peristiwa yang dapat dikorelasikan secara masuk akal dari 336 kemunculan ikan dan 221 peristiwa gempa bumi.


Daryono pun menghubungkan temuan ikan oar dengan teori oseanografi.

Menurut teori oseanografi, pengangkatan biota laut dalam ke permukaan hingga terbawa ke pesisir berkaitan dengan fenomena upwelling.

"Upwelling adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan," ujar Daryono.

Ia menuturkan dalam fenomena upwelling biasanya memunculkan banyak ikan.

Dari beberapa paper, menurut Daryono, oarfish memiliki kebiasaan mengambang di dekat permukaan air ketika sakit. 

"Jika hanya satu atau dua ekor ikan, maka beberapa paper menyebutkan bahwa oarfish juga memiliki kebiasaan mengambang di dekat permukaan air ketika mereka sakit atau sekarat," tuturnya.

Selain itu, ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke permukaan laut, seperti mengikuti arus laut.

Seperti yang diberitakan Livescience.com, hebohnya temuan hewan sebagai pertanda gempa bumi bukan kali ini saja.

Memang, ada sejarah panjang laporan anekdot tentang hewan-hwan yang bertindak sangat aneh pada hari-hari atau menit sebelum getaran dirasakan oleh manusia.

Satu contoh terkenal dicatat dalam sejarah Helike, sebuah Kota Yunani kuno.

"Selama musim dingin tahun 373 SM, semua tikus dan martens, ular, kelabang dan kumbang serta setiap makhluk lain yang sejenis di kota itu pergi," tulis penulis Romawi Aelianus.

"Setelah makhluk-makhluk ini pergi, gempa bumi terjadi di malam hari; kota itu surut; gelombang besar membanjiri dan Helike menghilang," ujarnya.

Pada Februari 1975, gempa berkekuatan 7,3 melanda Haicheng, sebuah kota berpenduduk 1 juta orang yang terletak di Provinsi Liaoning, China.

Tetapi satu hari sebelumnya, pejabat kota memerintahkan evakuasi yang sebagian didasarkan pada laporan perilaku hewan aneh.

Seperti ular yang berhibernasi di daerah itu misalnya, meninggalkan tempat persembunyian musim dingin mereka berbulan-bulan sebelum normal.

Evakuasi awal Haicheng dikreditkan dengan menyelamatkan ribuan nyawa manusia.

Petugas kebun binatang di Taman Zoologi Nasional Smithsonian di Washington DC, melaporkan bahwa banyak hewan mereka mencari perlindungan atau membuat panggilan darurat.

Itu terjadi pada menit-menit sebelum gempa berkekuatan 5,8 melanda wilayah tersebut pada sore hari 23 Agustus 2010.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas