Konsorsium Covid-19 Kembangkan Dua Rapid Diagnostic Test dan Polymerase Chain Reaction
Rapid test kedua yang dikembangkan oleh Konsorsium Covid-19, yakni PCR, saat ini sudah memasuki tahapan test kit dan siap diproduksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsorsium Covid-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi saat ini tengah mengembangkan dua jenis alat tes cepat (rapid test) virus corona (Covid-19).
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyatakan, kedua alat tes yang dikembangkan adalah Rapid Diagnosis Test (RDT) Immunoglobulin G dan M (IgG IgM) serta rapid test yang bersifat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Untuk alat rapid test pertama berbasis antigen dan bisa diketahui hasilnya hanya dalam wakti 10 hingga 15 menit.
Hasil yang bisa diketahui langsung dengan menggunakan alat tes pertama bisa saja false negative atau belum tentu benar-benar menunjukkan bahwa hasil tesnya negatif corona, sehingga memerlukan kembali tes yang sama.
Baca: Pesan Mulyono, Pengemudi Ojol yang Ditipu Penumpang, Jangan Diapa-apakan, Jangan Dihakimi. . .
"Kalau yang pertama kali diidentifikasi (hasilnya) negatif, harus ada pemeriksaan selanjutnya. Kalau positif, bisa langsung ditangani," ujar Bambang, dalam video conference yang disiarkan Youtube channel Kemenristek/BRIN, Senin (6/4/2020) sore.
Baca: Kisah Heroik J, Meninggal Tertimbun Longsor demi Selamatkan Ibunya yang Lumpuh
Alat rapid test ini, kata dia, telah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Bambang menyebut dalam waktu satu hingga dua bulan, lembaga kaji-terap itu bisa memproduksi sekitar 100 ribu alat rapid test ini.
Baca: Penumpang Sepi karena Wabah Corona, Maskapai Penerbangan Mulai Rumahkan Karyawan
"Sambil (menunggu tim) Gugus Tugas mendatangkan rapid test dari luar negeri, tim BPPT sudah memproduksi 100 ribu rapid test," kata Bambang.
Sementara itu, rapid test kedua yang dikembangkan oleh Konsorsium Covid-19, yakni PCR, saat ini sudah memasuki tahapan test kit dan siap diproduksi.
Bambang menyebut alat ini lebih baik jika dibandingkan rapid test RDT.
"PCR ini progressnya sudah sangat bagus, test kit PCR diperkirakan sudah selesai," jelas Bambang.
Terkait pengembangan dari PCR ini, Konsorsium turut dibantu pula oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).
"Ada isolated RNA yang akan dipakai untuk mengembangkan test kit tersebut, dalam waktu tidak lama sudah bisa dipakai," pungkas Bambang.
Konsorsium Covid-19 yang dibentuk Kemenristek/BRIN dipimpin oleh BPPT dan beranggotakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Biologi Molekular Eijkman dan perguruan tinggi.