Ahli Beberkan Keunikan Listeria Monocytogenes, Bakteri yang Sudah Ditemukan Sejak 1924
Ahli Mikrobiologi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dr Umi Fatmawati, S Pd, M Si membeberkan sejumlah fakta menarik Listeria monocytogenes
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Garudea Prabawati
Sifat tersebut membuat Listeria monocytogenes dapat hidup tanpa oksigen (intraseluler) maupun jika ada oksigen rendah juga bisa hidup.
Umi mengatakan, lewat sifat fakultatif anaerob inilah Listeria monocytogenes menjadi unik dari dari bakteri-bakteri secara umum.
"Kemudian menarik dari bakteri ini, dia beda dengan bakteri lain. Pada suhu 0 derajat masih bisa tumbuh.
"Beda sama namanya bakteri Escherichia coli misalnya, kalau di suhu rendah itu dia non aktif."
"Meskipun Listeria monocytogenes berada di kulkas misalnya, dia masih bisa berkembang biak," urai Umi.
Baca: Mengenal Wabah Listeria di Amerika Serikat dan Kandungan Nutrisi di Jamur Enoki
Di mana saja Listeria monocytogenes Ditemukan?
Umi menyebut bakteri Listeria monocytogenes sangat mudah dijumpai dilingkungan sekitar tempat manusia tinggal.
Sebut saja seperti tanah, air atau di bagian makluk hidup lainnya yang telah mati.
"Di lingkungan manapun kita bisa menjumpai bakteri ini. Cuman populasinya tidak banyak."
"Bakteri ini juga dapat ditemukan saat pembuatan kompos," jelasnya.
Baca: Asal Bakteri Listeria pada Jamur Enoki, Ternyata Dapat Mengakibatkan Penyakit Listeriosis
Sifat hidup
Namun dalam kondisi tertentu seperti ketersediaan nutrisi atau lingkungan membuat Listeria monocytogenes dapat berkembang biak serta berubah sifatnya menjadi patogenik (mengeluarkan toksin atau racun).
Toksin itu berupa listeriolysin dan hemolisin yang dapat merusak sel inang.
"Misalkan di jamur ada kandungan asam glutamat yang tinggi. Ini bisa menjadi memantik sifat jahatnya bakteri ini."
"Atau ketika menempel di makanan, ada karbohidrat dan lain sebagainya. Bisa juga memicu Listeria monocytogenes bersifat patogenik," kata dia.
Umi menegaskan, selama jumlah Listeria monocytogenes tidak banyak, maka tidak berbahaya bagi manusia.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)