Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bisa Disaksikan di Langit Indonesia, Fenomena Hujan Meteor yang Terjadi Dalam Beberapa Hari Ini

Intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bisa Disaksikan di Langit Indonesia, Fenomena Hujan Meteor yang Terjadi Dalam Beberapa Hari Ini
LAPAN
Ilustrasi hujan meteor 

TRIBUNNEWS.COM -- Beberapa fenomena alam yaitu hujan meteor bakal bisa disaksikan di langit Indonesia dalam beberapa hari ini.

Masyarakat bisa menyaksikannya sejak tadi malam hingga malamnanti.

Dua puncak hujan meteor, yakni hujan meteor Monocerotid dan hujan meteor Chi-Orionid akan hiasi langit malam ini.

Berdasarkan catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ada hujan meteor Monocerotid dan Chi-Orionid yang akan mencapai puncaknya 3 malam ini.

Baca juga: Fenomena Astronomis Desember 2021 Pekan Kedua: Puncak Hujan Meteor Monocerotid hingga Geminid

1. Hujan meteor Monocerotid

Monocerotid adalah hujan meteor minor yang titik radian atau titik asal kemunculan meteornya berada di dekat konstelasi Monoceros yang berbatasan dengan konstelasi Orion dan Gemini.

Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 2004 TG10 yang mengorbit Matahari selama 3,34 tahun dan juga menjadi sumber bagi hujan meteor Taurid Utara.

Berita Rekomendasi

Peneliti di Pusat Sains Antariksa LAPAN BRIN, Andi Pangerang mengatakan, fenomena hujan meteor Monocerotid akan mencapai puncaknya mulai malam ini, 9 -10 Desember 2021.

Anda dapat menyaksikan puncak hujan meteor Monocerotid sejak pukul 19.40 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari atau 25 menit sebelum terbenam Matahari dari arah Timur hingga Barat.

Baca juga: Fenomena Astronomis Desember 2021 Pekan Pertama: Gerhana Matahari Total hingga Puncak Hujan Meteor

"Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 1,9-2 meteor per jam di Sabang hingga Pulau Rote," kata Andi kepada Kompas.com.

Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 71°-88° arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 2 meteor per jam.

Intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.

Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya, maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang, sehingga fenomena puncak hujan meteor Monocerotid ini bisa disaksikan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas