Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Cumulonimbus, Awan yang Berbahaya bagi Pesawat, Ini Proses Terjadinya Awan

Mengenal Cumulonimbus, awan yang berbahaya bagi pesawat. Simak proses terjadinya awan di artikel ini.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Mengenal Cumulonimbus, Awan yang Berbahaya bagi Pesawat, Ini Proses Terjadinya Awan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Mengenal Cumulonimbus, awan yang berbahaya bagi pesawat. Simak proses terjadinya awan di artikel ini. 

Beberapa bahkan bisa menjadi tornado dengan kondisi yang tepat.

Awan Cumulonimbus juga sering disebut sebagai awan yang berbahaya karena mengandung banyak sekali muatan listrik di dalamnya.

Baca juga: 5 Lapisan Atmosfer Bumi, Mulai Troposfer, Stratosfer, Mesosfer hingga Eksosfer

Itulah sebabnya jenis awan ini juga sangat dihindari pada penerbangan pesawat terbang karena dianggap berbahaya.

Hal tersebut juga karena gumpalan awan ini sangat tebal dan bermassa berat, yang artinya memiliki butiran air yang lumayan berat.

Proses Terjadinya Awan

Awalnya, udara akan mengalami kenaikan dan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil dibandingkan tekanan di bawah langit atau atmosfer.

Udara akan bergerak ke atas dan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga menyebabkan kelembaban udaranya berada pada nisbinya (RH) kemudian akan semakin bertambah.

BERITA REKOMENDASI

Namun sebelum terjadinya RH hingga 100 maka pada sekitar 78 kondensasi, awan akan telah memulai inti kondensasinya menjadi lebih besar dan aktif di udara.

Perubahan RH ini terjadi karena adanya penambahan uap air di udara oleh proses penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan yang sangat rendah.

Baca juga: Apa itu Meteor? Berikut ini Pengertian Meteor, Proses Terjadinya Hujan Meteor, dan Jenis-jenisnya

Partikel air yang disebut dengan aerosol inilah kemudian berfungsi sebagai perangkap air dan akan membentuk tetes atau titik-titik air yang berkumpul semakin banyak.

Tetes atau titik-titik air ini kemudian mulai berkumpul dan tumbuh menjadi gumpalan awan pada saat RH mendekati 100 karena uap air sudah menjadi inti yang lebih besar.

Inti yang lebih kecil dan kurang aktif sebenarnya tidak terlalu berperan, sehingga volume tetes air pada gumpalan awan menjadi bentuk yang jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasinya tersebut.

Setelah itu aerosol ini terangkat ke atmosfer pada ketinggian tertentu tergantung kekuatan tekanan yang membawanya dan jika jumlahnya besar di udara yang terangkat ke lapisan lebih tinggi, maka aerosol tersebut akan mengalami pendinginan dengan shu rendah dan kemudian mengalami proses pengembunan di ketinggian tertentu.

Kumpulan titik air hasil dari uap air dalam udara dari pengembunan tersebut inilah yang akan terlihat sebagai awan oleh indra penglihatan kita.

Jadi semakin banyak udara yang mengalami proses pengembunan di atmosfer, maka semakin besar pula bentuk awan yang akan muncul.

Artikel Terkait Lainnya

(Tribunnews.com/Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas