Selama Lockdown Jumlah Petir di Angkasa Mengalami Penurunan, Apa Hubungannya?
Dalam studi di Massachusetts Institute of Technology menyebutkan, aktivitas petir global menurun hampir 8 persen selama lockdown
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Selama masa lockdown akibat pandemi Covid-19 ternyata terjadinya petir berkurang.
Dalam studi di Massachusetts Institute of Technology menyebutkan, aktivitas petir global menurun hampir 8 persen selama lockdown atau karantina wilayah pada tahun 2020.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah ada hubungan antara lockdown dengan petir? ternyata jawabannya ada.
Penelitian yang dipresentasikan di AGU Fall Meeting 2021 di New Orleans, menyebutkan hal tersebut terjadi karena adanya hubungan antara petir dan polusi udara.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Rabu, 12 Januari 2022: Pontianak dan Mataram Berpotensi Alami Hujan Petir
"Ketika Covid-19 menyebabkan karantina wilayah, terjadi pengurangan polusi di mana-mana," ungkap Yakun Liu, peneliti meteorologi di Massachusetts Institute of Technology seperti dikutip dari Phys, Selasa (11/1//2022).
Para ilmuwan meyakini bahwa partikel kecil di atmosfer yang disebut aerosol berkontribusi terhadap petir.
Dan aktivitas manusia yang melepaskan aerosol seperti pembakaran bahan bakar fosil, berkurang selama karantina wilayah.
Baca juga: China Lockdown Kota Berpenduduk 1,2 Juta Setelah Temuan 3 Kasus Covid-19
Itu artinya lebih sedikit polusi, lebih sedikit juga aerosol yang mengaburkan langit dan berfungsi sebagai titik nukleasi untuk tetesan air dan kristal es.
Dengan berkurangnya kristal es kecil di awan badai, maka lebih sedikit pula tabrakan kristal.
Hal tersebut lah yang menurut peneliti merupakan salah satu cara petir menghasilkan muatan listrik yang menyebabkan kilat.
Selama tiga bulan, dari Maret hingga Mei 2020, peneliti menguji gagasan tersebut dengan mempelajari data petir dan aerosol global.
Baca juga: Polusi di New Delhi Kian Berbahaya, Pemerintah India Hentikan Kegiatan Konstruksi & Tutup Sekolah
Untuk mengukur aktivitas petir mereka menggunakan data dari Global Lightning Detection Network (GLD 360) dan World Wide Lightning Location Network (WWLLN).
Sementara untuk aerosol, mereka melihat data satelit yang menunjukkan jumlah polusi udara di atmosfer, diukur sebagai Kedalaman Optik Aerosol, yang didasarkan pada cara aerosol menyerap dan memantulkan cahaya.
Selanjutnya, membandingkan tahun 2018 hingga 2021 dan dari musim ke musim, peneliti menemukan penurunan aktivitas petir di seluruh dunia selama masa karantina wilayah.
Peneliti juga mencatat wilayah seperti Asia Tenggara, Eropa, dan sebagian besar Afrika mengalami pengurangan aktivitas petir terbesar.
Tetapi, Amerika mengalami perubahan yang tak terlalu besar. Meski begitu, lonjakan aktivitas petir justru terjadi sebanyak 270 persen di atas Laut Tasman ketika asap dari kebakaran dahyat Australia berhembus di atas air.
Efek petir di atas lautan menurut Liu sangat jelas. Ini karena lautan datar dan suhunya kurang bervariasi, sehingga kecil kemungkinan untuk memengaruhi terbentuknya awan petir.
Penelitian baru ini mengikuti penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal AGU Geophysical Research Letters. Di mana dalam penelitian tersebut peneliti menunjukkan bagaimana aerosol dapat memengaruhi petir. (Kontributor Sains, Monika Novena)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Sebut Lockdown Bikin Aktivitas Petir Global Berkurang"