Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Bulan Hitam? Fenomena Astronomis yang Terjadi di Indonesia pada Mei 2022

Fenomena Bulan Hitam di Indonesia terjadi Mei 2022, apa itu Bulan Hitam? berikut 4 definisi Bulan Hitam menurut LAPAN.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Apa Itu Bulan Hitam? Fenomena Astronomis yang Terjadi di Indonesia pada Mei 2022
USA Today/NASA
Penampakan bulan hitam. Fenomena Bulan Hitam di Indonesia terjadi Mei 2022, apa itu Bulan Hitam? 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut penjelasan mengenai apa itu fenomena astronomis Bulan Hitam.

Dikutip dari laman Edukasi Sains LAPAN, Bulan Hitam secara kasat mata memang tidak dapat dilihat.

Hal ini karena konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari yang terlihat pada satu garis lurus jika diamati dari atas kutub, sehingga permukaan Bulan yang menghadap Bumi tidak terkena cahaya Matahari dan Bulan tampak gelap.

Setiap 2 hingga 5 kali dalam setahun, konfigurasi ini bertepatan dengan ketika Bulan berada di titik simpul orbit (perpotongan ekliptika dan orbit Bulan) sehingga bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan Gerhana Matahari.

Baca juga: Fenomena Bulan Hitam: Definisi, Daftar Wilayah, dan Perbedaan Waktu Terjadinya

Baca juga: Mengenal Fenomena Ekuiluks: Durasi Panjang Siang dan Malam yang Sama di 39 Daerah di Indonesia

Bulan Hitam (sebagai bulan baru kedua dalam bulan Masehi) sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019.

Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027 mendatang.

Sebagaimana fase Bulan Baru pada umumnya, Bulan Hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya ketika konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari tidak segaris (jika diamati dari atas kutub).

Berita Rekomendasi

Masyarakat diimbau agar tidak melaut saat air laut sedang pasang.

Ada empat definisi "Bulan Hitam" yang berbeda-beda:

1. Fase Bulan Baru yang kedua dalam satu bulan Masehi

Fenomena ini cukup sering terjadi karena berlangsung periodik dengan periode 29 bulan.

Hal ini disebabkan umur bulan Masehi selain Februari (30 dan 31 hari) lebih panjang dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari) dan Bulan Baru pertama di dalam bulan Masehi jatuh di awal bulan, sehingga Bulan Baru kedua jatuh di penghujung bulan Masehi.

2. Fase Bulan Baru ketiga dalam satu musim astronomis

Fase Bulan Baru ketiga dalam satu musim astronomis (dari ekuinoks ke solstis maupun solstis ke ekuinoks) yang mengandung empat fase bulan baru.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas