4 Fakta Soal Fenomena Remaja Minum Air Rebusan Pembalut Sebagai Pengganti Narkoba
Inilah beberapa fakta soal fenomena remaja yang mengonsumsi air rebusan pembalut untuk mendapatkan efek fly.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Inilah beberapa fakta soal fenomena remaja yang mengonsumsi air rebusan pembalut untuk mendapatkan efek fly.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Tengah mengungkapkan adanya fenomena baru.
Yaitu adanya fenomena remaja yang mengonsumsi air rebusan pembalut untuk mendapatkan efek fly.
Berikut sederet fakta Tribunnews.com terkait fenomena remaja yang minum air rebusan pembalut.
1. Pengganti narkoba
BNN mengungkapkan alasan para remaja meminum air rebusan pembalut sebagai pengganti narkotika.
Mereka ingin merasakan sensasi setelah mengonsumsi narkoba.
Konsumsi air rebusan dinilai lebih murah ketimbang membeli narkotika yang dinilai mahal.
Baca: Dinkes Jawa Tengah Teliti Pengakuan Remaja yang Mabuk Usai Minum Air Rebusan Pembalut
"Jadi, pembalut bekas pakai itu direndam. Air rebusannya diminum," kata Kepala Bidang Pemberantasan BNN Jawa Tengah, AKBP Suprinarto.
2. Dilakukan remaja mayoritas umur 13-16 tahun
Suprinarto mengungkapkan, fenomena ini terjadi di berbagai daerah di Jawa Tengah.
Kejadian ini ditemukan di Grobogan, Kudus, Pati, Rembang dan Kota Semarang bagian Timur.
Mayoritas pengguna adalah anak remaja usia 13-16 tahun.
Baca: Tren Remaja Mabuk-mabukan dengan Minum Air Rebusan Pembalut
3. BNN belum bisa menindak
Terkait hal tersebut, Suprinarto mengaku, jika BNN belum bisa menindak.
Pasalnya, tidak ada dasar hukumnya.
Air rebusan juga dinilai belum termasuk dalam kategori zat-zat berbahaya atau terlarang.
4. Dinas Kesehatan akan segera cek
Mengetahui hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Semarang Jawa Tengah pun akan segera meneliti kandungan dari air rebusan pembalut.
Tim akan diterjunkan untuk meneliti sejauh mana dampak buruknya bagi tubuh manusia.
''Kalau di lapangan seperti itu ya perlu ada tindakan pencegahan," ucap Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Semarang Sarwoko Oetomo.
Sarwoko mengaku telah mendengar kabar perilaku remaja yang mengonsumsi air di luar kewajaran tersebut.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)