Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Smong, Kearifan Lokal Masyarakat Simeulue Aceh dalam Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami

Pasca tsunami Aceh yang terjadi 2004 silam, Pulau Simeulue terkenal dengan kearifan lokal-nya yang bernama Smong. Lalu sebenarnya apakah itu Smong?

Penulis: Fathul Amanah
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Mengenal Smong, Kearifan Lokal Masyarakat Simeulue Aceh dalam Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami
Tribunnews/Jeprima
Warga saat melihat kesebuah rumah yang hancur akibat tsunami selat sunda di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (26/12/2018). Di perkampungan nelayan itu tampak rumah-rumah penduduk hancur dan perahu-perahu nelayan pun berserakan di segala penjuru. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasca tsunami Aceh yang terjadi 2004 silam, Pulau Simeulue terkenal dengan kearifan lokal-nya yang bernama Smong.

Kearifan lokal Smong yang telah membudaya dalam masyarakat diyakini menjadi faktor yang membuat Simeulue terhindar dari dampak parah akibat tsunami besar di tahun 2004.

Saat tsunami besar menghantam Aceh di tahun 2004 silam, banyak yang menyangka kondisi Pulau Simeulue jauh lebih parah dari Aceh.

Hal ini lantaran posisi Pulau Simeulue yang memang sangat dekat dengan sumber gempa besar pemicu gelombang dahsyat tsunami.

Namun ternyata dugaan tersebut tak terbukti.

Berbanding terbalik, jumlah korban tsunami di Simeulue justru menunjukkan angka yang relatif sedikit dibandingkan dengan korban tsunami Aceh.

Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan banyak pihak merasa tertarik dengan kearifan lokal Smong masyarakat Simeulue.

Berita Rekomendasi

Satu di antaranya adalah seorang peneliti Jepang bernama Yoko Takafu yang berusuaha mencari latar belakang Smong pada Desember 2012.

Dikutip Tribunnews.com dari kompasiana.com, Yoko Takafu merasa sangat tertarik dengan kearifan lokal Smong yang dimiliki masyarakat Simeulue.

Pasalnya mereka tak hanya mengandalkan peralatan dan teknologi canggih seperti Jepang dalam menghadapi tsunami.

Baca: Kisah orang tua yang selamat dari tsunami lumpur di Brasil

Lalu sebenarnya apakah yang dimaksud dengan Smong yang selama ini ramai digaungkan?

Dalam buku “Smong, Pengetahuan Lokal Pulau Simeulue” peneliti LIPI Eko Julianto dan Herry Yogaswara yang dilansir oleh kompasiana.com menjelaskan bahwa istilah Smong berawal dari peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi di tahun 1907 silam.

Kisah gempa dan tsunami tersebut kemudian diwariskan dari generasi ke generasi dalam bentuk syair.

Syair ini berisi ajakan untuk lari ke tempat yang lebih tinggi jika ada guncangan kuat yang terjadi, sehingga menjadi kebiasaan masyarakat Simeulue saat gempa melanda.

Dikutip Tribunnews.com dari akun Instagram @infobmkg, Smong berasal dari Bahasa Devayan yang merupakan bahasa asli Simeulue.

Smong memiliki makna air naik atau gelombang laut besar yang muncul setelah gempa besar terjadi.

Baca: Ifan Seventeen Unggah Foto Bareng Dylan Sahara 20 Menit Sebelum Tsunami Terjadi

Berikut salah satu syair smong yang dikutip Tribunnews.com dari wikipedia.

Enggel mon sao curito
Inang maso semonan
Manoknop sao fano
Uwi lah da sesewan
Unen ne alek linon
Fesang bakat ne mali
Manoknop sao hampong
Tibo-tibo mawi
Anga linon ne mali
Uwek suruik sahuli
Maheya mihawali
Fano me singa tenggi
Ede smong kahanne
Turiang da nenekta
Miredem teher ere
Pesan dan navi da

dengarlah sebuah cerita
pada zaman dahulu
tenggelam satu desa
begitulah mereka ceritakan
diawali oleh gempa
disusul ombak yang besar sekali
tenggelam seluruh negeri
tiba-tiba saja
jika gempanya kuat
disusul air yang surut
segeralah cari
tempat kalian yang lebih tinggi
itulah smong namanya
sejarah nenek moyang kita
ingatlah ini betul-betul
pesan dan nasihatnya

Melalui postingan Instagram pada Jumat (1/2/2019) pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengimbau masyarakat agar melestarikan kearifan lokal Smong ini.

Selain sebaga usaha pelestarian budaya, melestarikan Smong dan membudayakannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk evakuasi mandiri yang akan sangat membantu dalam pengurangan korban jiwa saat tsunami terjadi.

Baca: Antisipasi Tsunami, Kepala BNPB Dorong Masyarakat Hijaukan Kawasan Pesisir

" "Smong" yang menjadi budaya di masyarakat Aceh, merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang patut disebarkan keseluruh wilayah Indonesia, terutama saat menghadapi bencana gempabumi.

Masyarakat Pulau Simeulue, Aceh, menerapkan budaya ini pada saat menghadapi tsunami Aceh di tahun 2004 lalu dan hasilnya... korban jiwa di wilayah Pulau Simeulue jauh lebih kecil dari wilayah Aceh lainnya.

Smong merupakan bahasa Simeulue yang memiliki makna 'air naik'. Smong menjadi pelajaran hidup sendiri bagi masyarakat Simeulue yang pernah mengalami musibah tsunami pada sekitaran tahun 1907.
Melalui adat tutur, kearifan lokal dan cerita turun menurun, menjadikan Simeulue selalu siap siaga jika sewaktu-waktu smong datang.

Kesiapan itu terbukti ketika tsunami 2004. Kearifan lokal inilah yang membuat masyarakat yang tinggal beberapa meter dari tepi laut, langsung menyelamatkan diri menuju ke gunung.
Budaya ini yang harus ditiru dan diusahakan tumbuh dalam masyarakat.

BMKG selalu berusaha melakukan mitigasi dan edukasi agar budaya evakuasi mandiri bisa menjadi sebuah budaya yang akan sangat membantu dalam pengurangan korban jiwa.

Hal ini yang saya sampaikan dihadapan jajaran Pemerintah Daerah Aceh serta media (30 Januari 2019). Besar harapan kami kerjasama pentahelix yang dijalin dapat membantu dalam menyebarkan edukasi terkait peringatan dini yang kemudian diharapkan dapat menjadi sebuah kearifan lokal yang melekat di publik Indonesia."

(Tribunnews.com/Fathul Amanah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas