7 Fakta Bom Bunuh Diri di Gereja Filipina, Dugaan WNI Terlibat hingga 5 Tersangka Serahkan Diri
Bom bunuh diri di Gereja Katolik Katedral di Jolo, Filipina, masih menjadi sorotan lantaran diduga WNI terlibat dalam aksi tersebut
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
6. Densus 88, BIN, BNPT terbang ke Filipina
Tim Densus 88 Antiteror bersama Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan perwakilan Kementerian Luar Negeri akan terbang ke Filipina.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan tim tersebut akan terbang ke Filipina guna membantu identifikasi pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Jolo.
"Untuk identifikasi pelaku bom Filipina, karena ada dugaan pelaku bom bunuh diri yang disebut-sebut dari negara Indonesia," ujar Iqbal kepada wartawan, Selasa (5/2/2019).
Meski belum ada fakta pelakunya berkewarganegaraan Indonesia, Iqbal mengaku tak mempermasalahkan.
Jenderal bintang dua itu menegaskan pihaknya hanya berupaya semaksimal mungkin untuk membantu melakukan identifikasi.
"Intinya Indonesia membantu mengungkap walaupun sampai saat ini belum ada fakta yang mengkonfirmasi bahwa itu benar warga Indonesia," jelas Iqbal.
Sebelumnya, Mendagri Filipina menyatakan pelaku bom bunuh diri merupakan pasangan asal Indonesia.
Namun, kini diidentifikasi siapa pelaku bom bunuh diri tersebut.
Sedangkan Kepala Kepolisian Nasional Filipina Chief Oscar D Albayalde mengatakan masih menunggu hasil pemeriksaan DNA kedua tubuh yang ditemukan di sekitar area Katedral Jolo.
7. Lima tersangka menyerahkan diri
Dikutip dari BBC News Indonesia, kepala kepolisian Filipina menyebut lima anggota kelompok milisi Abu Sayyaf yang diyakini berada di balik dua serangan bom terhadap sebuah gereja Katolik di Jolo, Filipina selatan, telah menyerahkan diri.
Kammah Pae, alias Kamah, merupakan salah seorang dari lima sosok tersebut.
Kepolisian Filipina menduga petinggi Abu Sayyaf tersebut turut membantu dua pelaku penyerangan—yang disebut aparat Filipina merupakan pasangan suami istri berkewarganegaraan Indonesia.
Menurut Kepala Kepolisian Filipina, Jenderal Oscar Albayalde, Kamah dan empat rekannya terpaksa menyerahkan diri agar tidak tewas dalam operasi gabungan militer-polisi setelah pengeboman.
"Dia terpaksa menyerah. Dia mungkin tidak ingin mati dalam serangan militer," kata Albayalde kepada wartawan, sebagaimana dikutip harian Filipina, the Inquirer.
Aparat Filipina menyatakan telah menewaskan tiga anggota Abu Sayyaf dan, sebaliknya, kehilangan lima personel dalam operasi pengejaran di Sulu, Filipina selatan.
Albayalde mengatakan kelima tersangka yang menyerahkan diri merupakan anggota Ajang-Ajang, kelompok sempalan di tubuh Abu Sayyaf beranggotakan 22 orang.
Kelompok Ajang-Ajang ini dipimpin oleh Hatib Hajan Sawadjaan yang diyakini bertanggung jawab atas dua serangan bom terhadap gereja di Jolo yang menewaskan 23 orang dan mencederai hampir 100 lainnya.
Menurut Albayelde, Kamah membantah terlibat dalam bom ganda tersebut. Namun, lanjut Albayelde, keterangan sejumlah saksi mata menyebutkan Kamah mendampingi pasangan suami istri asal Indonesia ke gereja tersebut.
Aparat keamanan menemukan perangkat peledak rakitan dan sebuah kendaraan roda empat yang diduga dipakai mengangkut pasutri asal Indonesia di rumah Kamah, kata Albayelde.
Empat rekan Kamah yang menyerahkan diri, sambung Albayelde, juga mengakui "berpartisipasi" dalam serangan terhadap gereja.
Keempat orang itu bernama Albaji Kisae Gadjali, alias Awag; Rajan Bakil Gadjali, alias Rajan; Kaisar Bakil Gadjali, alias Isal, dan Salit Alih, alias Papong.
(Tribunnews.com/Chrysnha)