Terbaru Kasus Penembakan di Selandia Baru, Video Ditonton 4 Ribu Kali hingga Identifikasi Korban
Simak berita terbaru kasus penembakan di Selandia Baru, mulai dari video penembakan ditonton 4 ribu kali hingga identifikasi korban
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Simak berita terbaru kasus penembakan di Selandia Baru, mulai dari video penembakan ditonton 4 ribu kali hingga identifikasi korban
TRIBUNNEWS.COM - Kasus penembakan di Selandia Baru, tepatnya di dua masjid di Chrischurch masih menyisakan cerita.
Dikutip dari BBC, video penembakan yang disiarkan oleh pelaku di Facebook ternyata telah ditonton sebanyak empat ribu kali.
Facebook merilis, 4.000 kali video serangan di dua masjid tersebut diputar sebelum dihapus.
Baca: Beda Sosok Gokmen Tanis dan Brenton Tarrant, Dua Pelaku Penembakan Gemparkan Dunia
Diberitakan, video asli disiarkan langsung dalam serangan di Christchurch pekan lalu.
Dalam video tersbeut, seorang pria bersenjata melakukan siaran langsung selama 17 menit dan melakukan aksi brutal terhadap dua masjid yang menewaskan 50 orang.
Kurang dari 200 orang telah menontonnya secara langsung dan laporan pengguna pertama dari video itu datang 12 menit.
Tetapi pada saat itu salinan file video telah ditempatkan di situs.
Setelah diperingatkan, Facebook menghapus video asli dan memotongnya.
Dalam 24 jam, Facebook telah memblokir 1,2 juta salinan unggahan video dan menghapus 300.000 lainnya.
Namun, salinan yang telah diedit atau direkam dari layar sulit dikenali.
Dikatakan pihaknya sedang bekerja dan dalam penyelidikan Polisi Selandia Baru.
"Kami terus bekerja sepanjang waktu untuk mencegah konten ini muncul di situs kami, menggunakan kombinasi teknologi dan orang-orang," tulis wakil presiden Facebook Chris Sonderby seperti dikutip dari BBC.
Penyebar video bukan pengunggah
Masih dari BBC, setelah penembakan itu, beberapa pemimpin dunia telah meminta perusahaan media sosial untuk bertanggung jawab atas materi ekstremis yang diposting di platform mereka.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan jejaring sosial adalah "penerbit bukan hanya tukang pos".
Pemimpin Australia, Scott Morrison, menyatakan keprihatinannya atas "peran tidak terbatas" dari teknologi internet dalam serangan teroris.
Dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, yang juga mengepalai G20, ia meminta masalah itu untuk dibahas pada pertemuan G20 mendatang.
"Tidak dapat diterima untuk memperlakukan internet sebagai ruang tanpa pengawasan," tulisnya.
Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid juga meminta perusahaan media sosial untuk mengambil tindakan untuk menghentikan ekstremisme di saluran mereka.
Baca: Terduga Penembak Utrecht Pernah Jadi Tersangka Pemerkosaan, Korban: Dia Bukan Teroris tapi Psikopat
Enam korban telah diserahkan
Melansir dari laman resmi Kepolisian Selandia BAru, New Zealand Police, polisi masih berupaya mengidentifikasi korban secepat mungkin.
Pemeriksaan masih dilakukan terhadap 50 korban tewas akibat penembakan di dua masjid di Christchurch.
Dua belas korban telah diidentifikasi dan enam dari korban yang diidentifikasi telah dikembalikan kepada keluarga masing-masing.
(Tribunnews.com/Chrysnha)