Pasangan Suami Istri Resign dari Perusahaan Bergaji Besar untuk Bekerja sebagai Tukang Bersih-bersih
Pasangan Suami Istri Resign dari Perusahaan Bergaji Besar untuk Bekerja sebagai Tukang Bersih-bersih
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pasangan suami istri ini berhenti bekerja di perusahaan besar dan memutuskan untuk menjadi tukang bersih-bersih.
Sang istri bekerja seorang programmer IT, sedangkan suaminya merupakan manajer cabang perusahaan peralatan rumah tangga.
Tujuh bulan lalu, mereka berdua resign dari perusahan mereka masing-masing dan kini bekerja sebagai pembersih.
Mereka adalah Raqib dan Linda.
Mereka merupakan pasangan suami istri asal Malaysia yang kini menjadi karyawan pembersih rumah di perusahaan jasa pembersih bernama Maideasy.
Kepada World Of Buzz, pasangan ini menceritakan alasan mereka melakukannya.
Raqib menjelaskan:
"Saya ingin bisa mengontrol seberapa banyak yang bisa saya dapatkan dan fleksibilitas untuk mengelola waktu.
Dengan agensi ini, saya bisa melihat pekerjaan apa yang tersedia untuk minggu ini dan minggu selanjutnya.
Saya akan memilih seberapa banyak yang bisa saya kelola di waktu yang saya inginkan."
Raqib mengungkapkan, pekerjaan sebelumnya sebagai manajer cabang membuatnya sangat kelelahan.
Ia akan pergi ke kantor pagi-pagi sekali dan pulang tengah malam.
Sekarang, Raqib dan Linda bisa mengerjakan 3 rumah dalam sehari.
Masing-masing proses pembersihan tiap satu rumah memakan waktu hingga 4 jam.
Pengalaman mereka yang luas juga telah mengajarkan mereka untuk memperhitungkan faktor-faktor tertentu seperti waktu perjalanan dan jarak antara setiap pekerjaan, sebelum merencanakan jadwal kerja mereka selama seminggu.
Pasangan ini awalnya mengaku meremehkan pekerjaan sebagi tukang bersih-bersih.
Namun seiring berjalannya waktu dan mereka merasakan sendiri, pandangan mereka berubah.
Selain itu, mereka terkejut dengan betapa hormatnya klien mereka.
Mereka juga banyak mendapat perlakuan yang positif.
Raqib mengingat-ingat saat ada seorang klien wanita tua yang menyewa jasa mereka tiap minggu selama satu bulan karena pembantu mereka pergi sementara.
"Kapan pun kami tiba di sana, ia hanya meminta kami untuk membersihkan toilet dan mengepel lantai.
Jadi kami selesai lebih cepat.
Tapi kami tak mau langsung pulang karena kami sudah dibayar.
Wanita tua itu sebenarnya hanya butuh teman karena anak-anak mereka telah jauh pergi merantau."
Namun, seperti pekerjaan lain, pekerjaan yang dilakoni Raqib dan Linda juga memiliki kesulitan tersendiri.
Satu contohnya, Raqib dan Linda bertugas membersihkan sebuah rumah dimana ada kaca yang tergores sebelum mereka datang.
Namun, sang klien marah dan percaya Raqib dan Linda yang merusak kaca tersebut.
Klien itu tetap meminta kompensasi pada Raqib dan Linda atas kerusakan pada kaca rumahnya.
Insiden itu mengajari Raqib dan Linda pelajaran penting.
Sejak itu, mereka akan selalu berhati-hati akan adanya barang-barang berharga di rumah pelanggan mereka.
Tantangan lain yaitu perlakuan masyarakat pada jenis pekerjaan mereka.
Beberapa klien lebih tertarik pada pekerja yang murah dan tidak menganggap pekerjaan mereka sebagai pekerjaan yang professional.
"Untuk durasi yang sama, mereka berharap rumah besar bisa dibersihkan dengan kualitas pelayanan yang sama dengan rumah kecil, hal itu tidak realistis," ujar Linda.
Meski problematika tersebut tidak bisa selesai dalam satu hari saja, pasutri ini berharap suatu hari orang-orang tak kana meremahkan tugas seorang pekerja kebersihan.
Untuk orang-orang yang ingin mengikuti jejak yang sama dengan mereka, Raqib memberikan nasehat:
"Ketahui kekuatanmu, jaga penampilan positif.
Pahami betul apa yang akan kamu kerjakan, karena pekerjaan ini melibatkan kerja fisik.
Kamu harus kuat secara fisik dan mental untuk menjalani pekerjaan ini."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)