Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kembali Terjadi, Paus Sperma Hamil Ditemukan Mati, Perut Dipenuhi 22,5 Kg Sampah

Dilansir Aol.com, kematian paus sperma ini semakin mengejutkan setelah adanya hampir 50 pon atau 22.5 kg sampah plastik di perutnya.

Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kembali Terjadi, Paus Sperma Hamil Ditemukan Mati, Perut Dipenuhi 22,5 Kg Sampah
Facebook/ Sergio Costa
Paus yang sedang hamil ditemukan mati dengan perut dipenuhi sampah 

TRIBUNNEWS.COM - Bangkai paus sperma yang sedang hamil ditemukan terdampar di tepi pantai di Sardinia, Italia.

Dilansir Aol.com, kematian paus sperma ini semakin mengejutkan setelah adanya hampir 50 pon atau 22.5 kg sampah plastik di perutnya.

Bangkai paus tersebut pertama kali ditemukan oleh lembaga lingkungan kelautan (SeaMe) pada 28 Maret 2019 lalu.

Selang satu hari, bangkai paus tersebut diserahkan pada para dokter hewan dari IZS Sassari dan Universitas Padova untuk mencari penyebab kematian paus sperma yang tengah hamil ini.

Presiden SeaMe, Luca Bittau menjelaskan jika mamalia malang tersebut telah mengkonsumsi berbagai barang buatan manusia.

Baca: Sandiaga Uno Janji Izinkan Nelayan Lamongan Tangkap Ikan dengan Cantrang, Susi Pudjiastuti : Kasihan

Beberapa sampah yang ditemukan di perut hiu tersebut adalah kantong sampah, jaring dan tali pancing, bahkan kantong cairan sabun cuci yang masih dapat diidentifikasi merek dan kode barangnya.

Bittau menjelaskan jika kondisi janin sang paus juga dalam kondisi yang buruk dan mengalami pembusukan.

Berita Rekomendasi

Dipastikan janin juga kritis sebelum induknya terdampar.

Menteri Lingkungan Hidup Itali, Sergio Costa pun juga ikut memberikan tanggapan pada fenomena ini.

Baca: Kompresor Alat Selam Meledak Hingga Memecahkan Boat, Dua Nelayan Aceh Tewas

Melalui akun media sosial Facebook pribadinya, Sergio Costa menegaskan jika ini adalah hal penting yang harus dipikirkan bersama.

Sergio Costa menulis jika masalah ini bukan hanya untuk Italia saja, melainkan menjadi tugas dunia untuk memberantas sampah laut.

Costa juga menyuarakan dukungannya untuk Undang-undang yang disetujui Perlemen Eropa terkait perlindungan perairan laut dari polusi hingga larangn menggunakan barang atau plastik sekali pakai pada tahun 2021.

Lebih lanjut Costa meminta semua pejabat untuk ikut menyuarakan dan mendukung Undang-undang tersebut.

"Perang terhadap plastik sekali pakai telah dimulai, dan kita tidak akan berhenti di sini" tulis Sergio Costa.

Sebelumnya, kematian paus sperma karena plastik juga sempat terjadi di Indonesia.

Baca: ‎Menteri Perhubungan Janji Bantu Pembuatan Izin Kapal Nelayan Gratis di Tual

Dilansir Kompas.com, Pihak berwenang belum dapat memastikan penyebab kematian paus jenis Sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (19/11/2018).

Dalam perut paus sepanjang 9,6 meter itu ditemukan sampah plastik yang jumlah cukup besar yakni sekitar 5,9 kg.

Aktivis dari Yayasan Lestari Alam Wakatobi, Saleh Hanan memperkirakan penyebab kematian paus itu karena sampah plastik.

Paus sperma mati karena sampah plastik di Wakatobi
Paus sperma mati karena sampah plastik di Wakatobi (Kompas.com)

Sebab, sampah plastik tak bisa dicerna oleh perut paus. Berbeda dengan tulang ikan, meskipun keras namun tetap bisa dicerna.

"Sangat bisa karena sampah. Sampah plastik, kan, tidak terurai di perut paus dan beracun. Pencernaan terganggu, lalu mati," kata Saleh, dihubungi, Selasa (20/11/2018). (*)

(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas