Arema FC vs Persebaya Surabaya, di Final Piala Presiden, Bajol Ijo Kalah Karena Kesalahan Individu
Arema FC vs Persebaya Surabaya, di Final Piala Presiden, Bajol Ijo kalah karena kesalahan individu, Sabtu (13/4/2019).
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Arema FC vs Persebaya Surabaya, di Final Piala Presiden, Bajol Ijo kalah karena kesalahan individu, Sabtu (13/4/2019).
Berikut adalah ulasan laga Arema FC menghadapi persebaya Surabaya di Final Piala Presiden.
Persebaya harus mengakui keunggulan Singo Edan, 2-0 di leg kedua usai bermain imbang 2-2 di leg pertama.
Baca: Pelatih Persebaya Surabaya, Akan Lakukan Evaluasi Usai Kalah Lawan Arema FC di Final Piala Presiden
Persebaya Surabaya harus melakukan banyak evaluasi usai menelan kekalahan 2-0 di laga final menghadapi Arem FC.
Secara permainan Persebaya dan Arema tidak jauh berbeda, keduanya mengandalkan skeman 4-3-3 dengan sedikit perbedaan di lini serang.
Namun perbedaan inilah yang menjadi salah satu kunci Arema FC bisa mengalahkan Persebaya Surabaya di Kanjuruhan dan menahan imbang 2-2 di Gelora Bung Tomo.
Trisula Balde-Dzalilov-Irfan Jaya, merupakan skema mono dimensional mengandalkan postur Balde dan kecepatan Irfan jaya dan Jalilov di garda serang, sebelum laga menghadapi Arema FC, taktik ini berhasil dan bahkan menjadi kunci bagaimana postur Amido Balde bisa mengalahkan bek tangguh Madura United, Jaime Xavier dalam duel udara.
Sedangkan Arema FC, semenjak ditinggal pemain asingnya, Robert Lima, bermain dengan cukup cair, dimana trisula Dedik-Kayame, Dendy bermain dengan mengandalkan kecepatan dan kemampuan mereka untuk bisa menciptakan peluang berbahaya di kotak penalti.
Inilah kunci Arema, karena baik Kayame, Dedik dan Dendy tidak memiliki tinggi badan menjulang, mereka mengandalkan permainan bola bawah dan saling berganti posisi membuat pemain belakang Persebaya Surabaya kerepotan mengawal ketiga pemain karena selalu bergerak.
Terbukti di leg pertama dengan buruknya penampilan Novan Sasongko di sisi kiri pertahanan, Arem FC dengan mudah mengekspliotasi melalui pergerakan ketiga striker mereka ditambah dengan umpan memanjakan Konate dari lini tengah membuat Arema menciptakan banyak peluang.
Lalu bagaimana mematikan striker Persebaya?
Duet penuh pengalaman antara Hamka Hamzah-Arthur Cunha menjadi jawabannya, keduanya sadar bahawa apabila keduanya berduel udara menghadapi Balde, mereka berdua akan kalah, sehingga mereka menekan pemain yang akan melakukan umpan tarik dan sesegera mungkin mengantisipiasi distribusi bola kepada Balde.
Taktik tersebut berhasil dengan majalnya Balde, namun mereka dua kali kecolongan di leg pertama dengan Irfan jaya dan Manu Jalilov mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan keduanya karena fokus menjaga Balde.
Faktor lain kekalahan Persebaya adalah kesalahan-kesalahan individu yang bisa diantisipasi.
Di leg pertama, Fandi Eko Utomo dan Miswar menjadi sorotan, nama terakhir bahkan dianggap melakukan kesalahan fundamental dengan salah mengantisipasi bola silang dari tendangan bebas Makan Konate.
Di leg kedua, nyaris serupa, bermula dari serangan balik dan lambatnya transisi di lini tengah membuat Ahmad Nur Hardianto sukses menceploskan bola ke gawang Abdul Rohim.
Abdul Rohim kemudian melakukan kesalahan dengan gagal menangkap bola umpan silang dan membuat Kayame bisa menceploskan bola ke gawang.
Kesalahan Individu harus diminimalisir bagi Persebaya Surabaya di Liga 1 musim depan, hal itu juga diamini oleh pelatih Persebaya Djajang Nurdjaman.
"Kami akan evaluasi karena saya sadar jika dalam pertandingan final leg dua ini pemain kurang konsentrasi dan ada kesalahan individual pemain, hal ini yang akan kami benahi sebelum liga bergulir," terang Djanur.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.