Ketika Soekarno Melihat Istrinya Cemburu
Soekarno yang disapanya dengan sebutan Kus itu, menjadi sasaran kemarahannya. Teriakan Inggit disertai perabotan yang pecah
Penulis: Willem Jonata
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
![Ketika Soekarno Melihat Istrinya Cemburu](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Presiden-Soekarno5.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soekarno, mempunyai peran besar di balik kemerdekaan Indonesia. Karenanya, ia dipersepsikan sebagai 'Bung Besar' yang memiliki gagasan dan pemikiran revolusioner yang cemerlang dan luar biasa. Bahkan, ia disebut sang Putra Fajar.
Namun, Soekarno juga manusia biasa. Di tengah perjuangannya mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan, ia tak luput dari permasalahan rumah tangga yang membuatnya dilanda kegalauan.
Sutradara Hanung Bramantyo kemudian menggambarkannya dalam film besutannya berjudul "Soekarno" yang dijadwalkan rilis di bioskop pada 11 Desember 2013.
Dalam masa pembuangnya di Bengkulu, Soekarno (Ario Bayu) jatuh cinta kepada muridnya, Fatmawati (Tika Bravani). Hatinya kadung tertambat kepada gadis muda itu, lantaran komentarnya di kelas bahwa Indonesia harus merdeka dan mandiri supaya tidak terus-terusan diatur orang asing di negeri sendiri.
Padahal, Soekarno masih berstatus suami Inggit Ganarsih (Maudy Kusnaedi), perempuan lebih tua 12 tahun darinya yang sangat setia mendampingi dan mendukung perjuangannya. Tanpa sepengetahuan Inggit, hubungan Soekarno dengan Fatmawati semakin dekat.
Sampai tiba suatu hari Soekarno terus terang mengutarakan niatnya meminang wanita yang akrab disapa Fat itu, sebagai istrinya. Inggit geram. Ia tak mampu menahan emosinya.
Soekarno yang disapanya dengan sebutan Kus itu, menjadi sasaran kemarahannya. Teriakan Inggit disertai perabotan yang pecah karena dibanting, terdengar ke luar rumah. Inggit tidak habis pikir suaminya bisa jatuh cinta pada gadis muda yang dianggapnya seperti anak sendiri.
Soekarno belakangan selalu murung. Ia jadi sering melamun. Perasaannya campur aduk. Sementara, Dai Nippon (Jepang) merangsek masuk ke Indonesia untuk mengobarkan perang di Asia Timur Raya. Ia menyadari betul bahwa perjuangannya semakin berat.
Namun, lamunannya itu kemudian disalahartikan oleh Inggit yang diliputi rasa cemburu terhadap Fatmawati. "Kamu masih memikirkan perempuan itu?" celetuk Inggit kepada Soekarno dengan nada ketus.
Kedatangan tentara Jepang membuat suansana kian memanas. Rakyat disuruh kerja paksa. Anak gadis banyak diculik dari rumah orantuanya sendiri, untuk memuaskan nafsu berahi tentara Jepang. Siapa yang melawan akan dipateni dengan bedil.
Jepang memindahkan Soekarno ke Jawa. Di sana ia bertemu ibunya. Dalam pertemuan itu, sang ibu menanyakannya momongan. Pertanyaan itu didengar oleh Inggit sembari menahan kesedihan. Ia sadar cinta dan kesetiannya tidak cukup bagi Soekarno. Selama menjalani biduk rumahtangga, ia tidak bisa memberikan keturunan.
Ogah dimadu, akhirnya Inggit melayangkan gugatan cerai. Ia sengaja melakukannya supaya Soekarno bisa menikahi wanita lain untuk memperoleh keturunan. Keputusan Inggit bulat. Soekarno tak bisa menahannya.
Film berdurasi 2 jam 17 menit itu memang lebih banyak menyoroti kehidupan rumahtangga Soekarno. Termasuk, ketika ia menikahi Fatmawati setelah bercerai dari Inggit.
Selain itu, Hanung juga memaparkan sisi lain dari Soekarno. Terutama saat Fatmawati menjalani proses persalinan anak pertamanya, Guntur Soekarno Putra. Ia tampak cemas. Namun, ia tidak mendampingi Fat yang teriak kesakitan karena takut lihat darah.
Tingkahnya lucu dan kekanak-kanakan ketika Hatta (Lukman Sardi) menarik dan mendorongnya masuk ke kamar mendampingi persalinan istrinya. Sebab, Soekarno berusaha menghindar karena phobia terhadap darah. Meskipun, dengan terpaksa ia masuk juga ke kamar mendampingi istrinya tersebut.
Film itu juga menggambarkan perseteruan Soekarno dengan Bung Syahrir (Tanta Ginting)dan kaum muda yang tidak setuju dengan taktik politiknya untuk memperoleh kemerdekaan dari Jepang.
Terlepas dari kontroversi yang meliputi proses penggarapannya, Hanung Bramantyo bangga dan terhormat mendapatkan kesempatan menyutradarai film biopik Soekarno.
"Saya menganggap film ini adalah puncak prestasi saya, di mana saya dipercaya untuk membuat film tentang founding father Indonesia," ucapnya.