Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Manisnya Yenny Wahid, Mantan Wartawati yang Juga Anak Mendiang Gus Dur

Inilah manisnya Yenny Wahid saat tersenyum di sela haul ke-4 ayahnya, Gus Dur, Sabtu (28/12/2013).

Penulis: Agung Budi Santoso
zoom-in Manisnya Yenny Wahid, Mantan Wartawati yang Juga Anak Mendiang Gus Dur
Tribunnews.com/ Jeprima
Putri kedua mendiang Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau yang biasa dipanggil Yenny Wahid saat menggelar haul ke-4 ayahnya di kediaman Gus Dur, Jalan Warungsila No 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013). Ribuan jemaah dan sejumlah tokoh menghadiri haul yang akan diisi acara istighotsah dan pembacaan satu juta surat Al Ikhlas. TRIBUNNEWS/JEPRIMA 

TRIBUNNEWS.COM - Inilah senyum khas Yenny Wahid atau nama aslinya Zanubba Arifah Chafsoh Rahman Wahid.

Yenny tersenyum haru karena melihat banyaknya animo masyarakat saat digelar haul ke-4 ayahnya, KH Abdurrahman Wahid, di kediaman Gus Dur, Jalan Warungsila No 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013).

Ribuan jemaah dan sejumlah tokoh menghadiri haul yang akan diisi acara istighotsah dan pembacaan satu juta surat Al Ikhlas.

Yenny memang jadi magnet keluarga mendiang Gus Dur karena dialah anak mendiang yang paling menonjol dalam meneruskan kiprah ayahanda. Yenny yang meneruskan sikap-sikap politik dan pola pikir ayahanda.

Yenny juga mengendalikan The Wahid Institute.

Catatan Wikipedia, Yenny lahir di Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974. Pada tanggal 15 Oktober 2009 Yenny menikah dengan politisi Partai Gerindra, Dhorir Farisi. Tanggal 13 Agustus 2010 Yenny melahirkan putrinya, Malica Aurora Madhura.

Yenny Wahid adalah anak Gus Dur yang kedua. Ia mempunyai seorang kakak, Alisa Wahid dan dua orang adik, Anita Wahid dan Inayah Wahid.

Berita Rekomendasi

Penerus Pola Pikir Ayahanda

Seperti halnya ayahnya, ia terlahir dalam lingkungan keluarga NU. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan pembawa damai. Meskipun mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, tetapi ia memutuskan untuk menjadi wartawati.

Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999.

Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.

Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, Gus Dur, terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny menempuh studi S-2 di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa Mason. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.

Agung BS

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas