Sutradara Film Amerika Serikat Angkat Kisah Pahit Penyanyi Latar
Film dokumenter yang disutradarai oleh Morgan Neville ini mengisahkan tentang kisah pahit manis para penyanyi kulit hitam sebagai backup singer.
Editor: Anita K Wardhani
![Sutradara Film Amerika Serikat Angkat Kisah Pahit Penyanyi Latar](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140911_162125_morgan-neville.jpg)
Laporan Repoter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS, COM, YOGYA - Penyanyi latar atau background singer atau backing vocal sering kali kurang mendapat perhatian. Maklum saja, yang jadi bintang di sebuah konser pastinya si penyanyi utama. Gambaran seperti itulah yang ingin diceritakan oleh Film 20 Feet From Stardom besutan Morgan Neville.
Film yang mendapatkan penghargaan Best Documnetry Film pada ajang OSCAR 2014 tersebut diputar untuk umum di Kedai Kebun Jalan Tirtodiouran No.3 Yogyakarta, Rabu (10/9). Dalam pemutaran film tersebut juga diadakan diskusi mengenai film tersebut dengan langsung menghadirkan Doug Blush selaku editor 20 Feet From Stardom.
Film dokumenter yang disutradarai oleh Morgan Neville ini mengisahkan tentang kisah pahit manis para penyanyi kulit hitam ini sebagai backup singer dari penyanyi terkenal legendaris. Kisah mereka sungguh pilu. Penyanyi-penyanyi latar yang kadang sering tidak dianggap dan diperhatikan.
Darlene Love, Merry Clayton, Lisa Fischer, Tata Vega, Jo Lawry, dan Judith Hill adalah para penyanyi latar yang sering bersanding dengan Ray Charles, Tina Turner, The Rolling Stones, Bruce Springsteen, Stevie Wonder, David Bowie, Joe Cocker, dan masih banyak lagi penyanyi legendaris lainya.
Mereka berhasil merebut perhatian penyanyi dan produser terkenal. Lisa Fischer, misalnya, menyanyi untuk The Rolling Stones sejak tahun 1989 sampai sekarang. Ia sering menemani Mick Jagger sebagai vokal utama di beberapa lagu saat konser.
Sebagai penyanyi latar, mereka mengalami jatuh bangun. Terutama saat mereka berusaha merilis rekaman mereka sendiri. Menyanyi adalah satu hal, menjadi bintang adalah hal lain. Darlene Love, yang bergabung dengan The Blossoms, disebut sebagai pelopor penyanyi latar bergaya gospel di tahun 60-an bahkan sempat menjadi pembantu rumah tangga. Ironisnya, saat ia sedang bersih-bersih, lagu yang ia nyanyikan diputar di radio.
Dijelaskan oleh Doug Blush, proses pembuatan film tersebut berlangsung selama dua tahun dan menghasilkan stok video 7 ribu menit. Ditambahkan oleh Gough Blush, selama proses pembuatan film dokumenter tersebut terdapat 60 wanita penyanyi latar. Para penyanyi latar tersebut hampir semuanya berasal dari paduan suara gereja.
Pemutaran film tersebut diselenggarakan oleh Sundance Institute bersama Kedubes Amerika Serikat yang menginisiasi sebuah program bernama Film Forward. Melalui program tersebut Sundance Institute bersama Kedubes Amerika Serikat melakukan screning film, workshops, dan diskusi film.