Film Chiang Khan Story Ajak Kita Bernostalgia ke Masa Sebelum Ada Internet
Chiang Khan Story, sebuah film yang didasari atas kerinduan sang sutradara, Yuthlert Sippapak terhadap kampung halamannya di Loei, Thailand.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chiang Khan Story, merupakan sebuah film yang didasari atas kerinduan sang sutradara, Yuthlert Sippapak terhadap kampung halamannya di Loei, sebuah provinsi di Thailand.
Menurutnya, masih banyak orang di sana, di beberapa desa, masih berinteraksi secara natural, tanpa ada gangguan gadget. Mereka bertemu, bertatap muka, dan berbicara dengan lebih leluasa. Makanya, Loei jadi destinasi wisata turis asing dan lokal untuk bernostalgia.
Dalam film yang dibintangi aktor beken Thailand, Kao Jirayu, Yuthlert memang sengaja ingin menghadirkan kehidupan anak muda, di tahun 1970-an dan 1980-an, yang mengejar mimpi, meraih cinta, dan persahabatan.
Kenapa memilih rentang waktu 1970-an dan 1980-an? "Karena tahun 1970-an adalah masa di mana saya tumbuh besar. Kemudian di tahun 1980-an adalah masa percintaan saya," ucap Yuthlert, Sabtu, (25/10/2014), dalam jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Film tersebut menceritakan kisah cinta dengan seting masa lalu di mana internet masih jadi gagasan untuk masa depan. Bioskop jadi sarana satu-satunya bagi masyarakat untuk mencari hiburan. Sebab, film jadi satu-satunya penyemangat anak-anak muda masa itu meraih mimpi, cinta, dan dunianya.
Chiang Khan Story diputar di Blitzmegaplex di seluruh Indonesia sejak 24 Oktober 2014.
